PULSA
INTERNET
DODI INDRA
GURU SMP NEGERI BERNAS
“Apa?” teriak Sinar terkejut. Dia tak
percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“Belikan pulsa paket internet Ma!”
jawab Fitri bergetar. Siswa kelas VII SMP itu terlihat gemetar. Dia juga
terkejut dengan reaksi ibunya. Disebelah Fitri, Nanda terlihat santai. Dia
hanya memandang ibunya heran.
“Baru kemaren Mama isi ulang pulsa internet.
Sudah habis?” tanya Sinar tak percaya.
“Iya Ma. Ni Mama lihat, mutar-mutar
aja dari tadi!” jawab Fitri. Dia memberikan HP yang dari tadi di pengangnya.
Sinar menerimanya. Diutak-atiknya HP itu sejenak.
“Kok boros kali sih kalian?”
“Kakak tu Ma. Tiap hari unduh video.
Tiap hari kirim video,” kata Nanda menyalahkan kakaknya.
“Kalian kira murah harga paket
internet. Kalian pakai tanpa pikir-pikir.”
“Itukan tugas kakak Ma. Lagian mana pula tiap hari sih
Dek.”
“Tapi sering kan?”
“Ngak juga sering kok!”
“Hm… satu lagi. Kakak sering video
call kan?”
“Itu bukan Video call. Itu namanya
video conference” tukas Fitri membela diri.
“Itu yang banyak makan paket Kak…!”
“Ah… Sok tahu kamu.”
“Benar kok… Mana pula sok tahu,” balas
Nanda tak mau kalah.
“Kakak belajar. Bukan main – main.”
Nada suara Fitri mulai kuat. Dia tidak terima dijadikan kambing hitam cepatnya
pulsa internet tersebut habis.
“Tak usah bertengkar!” Sinar menengahi
kedua anaknya.
“Adek juga pake kan? Bukan Kakak
saja!” lanjut Fitri.
“Adek hanya chat di WA. Ngirim photo.
Itu aja. Lha Kakak. Semuanya. Ngirim Email, ngirim video, unduh aplikasi. Apa
lagi tu. Ngak tahu la… banyak.” Nanda menyebutkan semua aktivitas kakaknya.
“Sudah. Diam! Tambah pusing kepala
Mama dengar celoteh kalian.” bentak Sinar. Wanita paruh baya itu tak bisa
menahan emosinya. Dua hari yang lalu dia sudah isi ulang paket internet di
HPnya. Biasanya dia mengisi ulang sebulan sekali. Tapi hari ini anaknya minta
diisi ulang lagi.
“Kalian ini. Sudahlah salah masih juga
membela diri. HP mama tak bisa lagi mama pegang. Sebentar dipinjam kakak.
Sebentar dipinjam adek. Mama kan butuh juga.”
“Kakak pinjam kan untuk belajar si
Ma!” bela Fitri.
“Makanya. Mama beli lagi satu HP untuk
kami berdua.” Kata Nanda tanpa beban.
“Banyak cerita kalian,” Sinar kembali
membentak.
“Demi anaknya tak apa la Ma. Berkorban
sikit,” Nanda mengedipkan matanya kearah Fitri. Bocah kelas 4 SD itu meminta
dukungan dari kakaknya.
“Iya Ma. Beli satu HP lagi la. Biar
Mama tak terganggu!” Fitri menambahkan kata-kata adiknya.
“Kalian kira Mama punya banyak uang?”
“Mama kan kerja. Pastilah banyak
uang.” Nanda menjawab dengan polosnya.
“Ah. Sudah. Pandai kalian bicara. Mama
lagi kerja ni.”
“Mama jangan marah! Nanti cepat tua.”
Nanda menggoda ibunya yang tampak makin kesal.
“Sudah! Jangan ganggu Mama! Pergi
sana!” akhirnya Sinar mengusir kedua anaknya.
“Ya. Tapi ini gimana Ma. Tugas kakak
tak bisa terkirim.” Fitri memelas. Wajahnya tampak sedih dan khawatir. “Kalau
tak dikirim, Kakak tak dapat nilai Ma!” sambung Fitri memelas ke ibunya.
“Emang kapan terakhir dikirimmnya?”
“Hari ini Ma.”
“Jam berapa?”
“Jam 4 sore.”
“Ah. Masih lama. Masih ada waktu.”
Jawab Sinar. Wanita itu kembali melanjutkan kerjanya.
“Tapi harus hari ini lho Ma?”
“Iya. Nanti selesai Zuhur mama ke counter
isi ulang pulsa paketnya. Kakak sabar dulu ya!”
“Adek boleh ikut Ma?”
“Tak boleh. Dirumah saja!”
“Ah. Mama meniru yang di TV-TV itu.”
Kelakar Nanda menggoda ibunya.
“Nah tahu pun…”
“Sekarang Kakak bantu mama cuci piring
ya! Piring selesai sarapan tadi pagi belum dicuci tu.” Pinta Sinar sambil
menunjuk tumpukan piring di meja dapur.
“Kakak belajar Ma.”
“Belajar apa lagi?” suara Sinar
kembali meninggi.
“Tugas Bahasa Indonesia Ma!”
“Katanya libur. Tapi tugas setiap hari
menumpuk. Libur apa pula itu namanya?” Sinar mengomel. Dia mengomentari
aktivitas kedua anaknya yang selama libur Covid 19 ni tetap saja belajar.
“Bukan libur Ma. Belajar dari Rumah.
Bekerja dari Rumah dan Beribadah di Rumah.” Kembali Nanda menirukan iklan
pemerintah yang kini sedang tayang di televisi.
“Ah. Pandai Adek berkilah” Sinar
menjawab tak mau kalah dengan penjelasan anaknya.
“Mama saja bekerja dari rumah sekarang
kan?” Nanda tetap saja menjawab perkataan ibunya.
“Ah sudah la. Memang tugas Kakak tu
apa?” tanya Sinar mengalihkan pembicaraan.
“Membuat karangan tentang pengalaman
dirumah selama libur covid 19.”
“ O.. Itu. Mudah saja. Kakak buat saja
pengalaman kehabisan paket internet” jawab Nanda enteng.
“Ah. Adek ni.” ucap Fitri sambil
menepuk pundak adiknya.
“Itu kan pengalaman Kak.” sambung
Nanda menyakinkan kakaknya.
“Kakak bisa buat nanti. Bantu Mama
dulu cuci piringnya. Mama mau jemur pakaian ni. Adek bantu Mama yok! Jemur
pakain ini diluar!”
“Kan tak boleh keluar rumah Ma.” Nanda menggoda mamanya.
“Jangan banyak cerita! Ayo…!” ajak Sinar lagi.
“Eit.. Tunggu Ma!”
“Tunggu apa lagi? Ayo cepat sudah
keburu siang ini.” Kata Sinar tak sabaran.
“Jangan lupa pakai masker kalau keluar
rumah.” Kembali Nanda menggoda mamanya.
“Ah…” Sinar melongos. Ditinggalkannya
kedua buah hatinya. Fitri dan Nanda tersenyum simpul melihat wajah ibunya
memerah menahan kesal di hati.
Pangkalan Kerinci, 11 April 2020
0 komentar:
Posting Komentar