KEMANA HASIL SUMBANGAN KELAS?
DODI INDRA, S.S
GURU SMPN BERNAS
Suatu pagi di SMP Negeri Hayati
“Pagi Pak..”
“Pagi”
“Mengantar anaknya ya Pak”
“Ya... “
“Kelas berapa ya Pak?”
“Kelas Delapan”
“O..”
“Situ juga ngantar anaknya ya?”
“Hm....”
“Berarti kita sama. Tapi sebelum pulang saya mau lihat
– lihat dulu”
“Melihat apa ya Pak?”
“Situ mo ikut... yuk, ikut saya! Kebetulan siswa -
siswa lagi upacara bendera”
“Kemana Pak”
“Situ enggak tau ya. Seminggu yang lalu salah satu guru
disini minta sumbangan. Entah untuk apa. Katanya sih buat menghias kelas”
“Bapak tahu gurunya”
“Ngak tau sih. Saya ngak pernah jumpa. Namanya sih
Darma. Ya Pak Darma”
“ O... Sumbangan untuk menghias kelas tu Pak”
“Katanya sih begitu. Saya heran aja kelas kok dihias.
Alasan aja kali”
“Alasan gimana Pak?”
“Alasan guru tu aja mo minta duit sama orang tua wali
murid”
“Kok gitu”
“Ya mana lah kita tahu. Guru sekarang banyak akalnya.
Ada – ada aja alasannya untuk menghasilkan uang. Minta sumbangan la.... Iuran
la.... ini la... itu la...”
“O... Mang anak Bapak pernah minta uang sumbangan tuk
sekolah ya?”
“ Ada. Tapi saya curiga. Jangan – jangan itu akal –
akalan si guru itu aja. Mungkin sajakan uang tu dia ambil setengahnya atau
semuanya untuk dia pribadi. Anak kita dibohonginnya aja”
“ Anak Bapak bilang apa waktu dia minta uangnya?”
“ Katanya sih sumbangan itu seikhlasnya dan semampunya.
Tidak di patok”
“Hm.....”
“Nampakkan. Kalo ditentukan banyaknya ya iuarankan
jadinya. Nah kalau seikhlasnya kan ngak nampak. Coba bayangkan brapa uang
terkumpul. Situ tau ngak berapa orang siswa dikelas itu?”
“Ada 32 orang pak”
“Coba Situ hitung, kalo rata – rata siswa menyumbang
sepuluh ribu sudah terkumpul tiga ratus dua puluh ribu kan?
“Ya..”
“Bisa sajakan dua ratusnya guru tu ambil tuk dia.
Seratus dua puluh ribunya dia belikan tuk peralatan menghias kelas”
“Bapak yakin”
“Sangat yakin. Yok kita lihat kelasnya”
“Bapak tahu kelasnya yang mana”
“Tu.. Kelas 8.4”
“ Kelas 8.4?”
“Ya.. Nah itu kelasnya”
“Lihat Pak. Bunganya cantik – cantikkan?”
“Iya sih. Tapi bunga ini kan bunga murahan saja”
“Yok kita lihat kedalam Pak!”
“Yok. Kita cari bukti kalau guru satu tu tukang tipu.”
“Emang kalau betul guru tu menipu mau diapain Pak”
“Kita lapor ke Kepala sekolahnya, Ke Dinas Pendidikan,
ke polisi ....”
“Hm... segitu kali pak”
“Ya.. trus kita bilang semua ke wartawan. Supaya kedok
tu guru terbuka. Biar dibaca semua orang. Biar malu dia”
“Bapak serius?”
“Iya. Saya kenal baik sama Kepala Dinas Pendidikan
sini. Saya banyak kenal wartawan. Biar tahu rasa dan kapok Guru tu”
“Bapak ni memang hebat”
“Ya. Demi kemajuan dunia pendidikan. Kita orang tua
wali murid harus proaktif”
“Proaktif Pak”
“Ya... Kita harus awasi semua gerak guru – guru ni.
Mereka tu dah digaji pemerintah kok, malah masih nyambi cari uang masuk. Pake
kedok sumbangan pula tu”
“Bapak pasti nyumbang banyak ya kemarin”
“ Rugila kalau ngasih banyak”
“ Katanya Bapak orang kaya tadi”
“Ya sih. Tapi saya cuman kasih sepuluh ribu”
“ Kan banyak tu Pak”
“ Ha..ha.. ha.. Segitu banyak. Bagi saya mah itu
sedikit”
“O... Berarti Bapak banyak uangnya tu?”
“Ya la... Saya ini sudah jadi kepala bagian di kantor
saya”
“Hebat...”
“Biasa aja kali”
“Ayo masuk Pak.
Bagus enggak kelasnya?
“ Hm.... lumayan?
“Kelas ini sudah di cat ulang Pak. Ada orang tua wali
murid yang menyumbang dua ember cat”
“O....”
“Lihat Mading tu Pak. Mading tu bagus ngak?
“Bagus. Hiasannya menarik. Eh... ada tulisan anak saya
dipajang di mading ini lho?
“Tulisan anak Bapak. Yang mana Pak?”
“Ini lho. Artikel ini. Yang judulnya Berkarya dari sumbangan kita bersama, Dari kita, Oleh kita
dan Untuk Kita”
“ O.. Anak Bapak ya yang nulisnya. Hebat”
“Tentu la. Siapa dulu Bapaknya”
“Sini Pak. Ini Pustaka mini. Rak – rak ni dibuat dari
papan bekas. Trus dilapisi karton dan kertas kado. Buku – bukunya juga
sumbangan dari beberapa siswa”
“Bagus... Anak – anak bisa baca juga dikelas ya”
“Nah.. ini Pak. Ni ada tiga buah sapu, dua buah kain
pel, tiga buah kemoceng, dua buah penyiram bunga, satu ember dan tiga buah lap.
Benda – benda ni dibeli dari uang sumbangan siswa juga”
“Hm.. Hanya ini saja”
“Tidak Pak. Disebelah kiri itu ada dispenser dan air
galon. Cadangan minum buat anak biar mereka tidak kehausan dan dehidrasi saat
belajar”
“Hm... Berarti banyak juga yang nyumbang ya”
“ Banyak Pak. Uang yang terkumpul sebanyak Tiga juta
dua ratus dua pulu ribu rupiah”
“Apa? Tiga jutaan. Saya yakin, Guru tu dah mengambil
sebagian dari uang sumbangan itu. Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus laporkan
guru penipu tu”
“Ni lagi pak. Lihat. Di kelas ini sudah dipasang dua
buah kipas angin. Supaya siswa tidak kepanasan
lagi saat belajar. Trus juga sudah dipasang gorden jendela. Walaupun tidak
bagus tapi jadilah untuk mempercantik kelas ini”
“Saya yakin.... Pasti ada sisanya tuh uang”
“Ya pak. Uang tu bersisa Tujuh Ratus Delapan Puluh Ribu
Lima Ratus Rupiah. Uang itu disimpan sama bendahara kelasnya Pak”
“ Ah.. Dimana pula lah situ tau? Emang situ guru di sini
apa?
“Iya pak. Saya guru di sini”
“O.. Jadi Bapak... Bapak.... guru di sini ya”
“Ya Pak. Saya guru di sekolah ini”
“Ya walaupun begitu. Situ tentu ngak tau pastikan?”
“ Insya Allah. Saya tahu pasti kemana sumbangan itu
dibelanjakan Pak”
“ Hm....”
“ Kok Bisa. Bapak ikut nyumbang juga rupanya?”
“Iya pak. Walaupun saya guru disini, saya juga
nyumbang, Saya nyumbang tenaga, nyumbang pemikiran dan juga nyumbang uang Pak.
Walaupun ngak banyak sih”
“Mang Bapak nyumbang berapa?
“ Ngak usah la dikasih tau. Kita nyumbangkan tidak baik
kalo disebut – sebut. Nanti berkurang pula pahalanya”
“Hm... Kayaknya Bapak tahu semua?”
“Ya pak. Kebetulan saya Wali kelas nya. Saya yang
membimbing siswa kelas ini pak”
“Jadi....jadi... Bapak?
“Ya. Saya Pak Darma. Wali kelas 8.4”
“Bapak Darma?????........”
0 komentar:
Posting Komentar