"DINDRA"

"DODI INDRA"

"DINDRA BERNAS"

INDRA

 

PERSONAL RECOUNT



























COMPARISON













NARRATIVE TEXT










REPORT TEXT



















 









TRANSLATION EXERCISE


Read text carefully then translate it to Indonesian well.




Yesterday, Amin and his family went to the city garden. They were really happy there. It was the first time for them coming to the garden. Amin and his brothers played together. They hid behind the trees and the other sought. Tina, Amin’s sister did not join because she did not like playing hide and seek. At 12 o’clock Amin’s family had lunch together. They ate the meal that they brought from the house. They were happy having holiday in that garden

 

RECOUNT EXERCISE FOR GRADE VIII

 





Read the text carefully!

 

 

A week ago, I got very sick because of my bad eating habit. During holiday, I played video game from afternoon until the sun set. After spending hours and hours playing video game, my stomach ached and my heart was pounding. I remember I did not any food from morning. I tried to eat. I felt the pain was getting worse. Then I told it to my mother. She was so worried about me. She brought me to the doctor.  The doctor said that I was suffering from chronic gastritis. She then gave me some medicines. I drank the medicines twice a day. After several days I got well. Since then I realized playing game was not good because it could make me forgot meal time. Finally I promised to not skip meal time anymore.

 

 

Answer questions well!

 

1.          What is the text talking about?

2.          What was happened with the writer heart?

3.          Why did the writer get stomachache?

4.          What did the writer mother do?

5.          What did the doctor say about the writer?

6.          How many times did the writer drink the medicine?

7.          She then gave me some medicines. What does the underlined word refer to?

8.          I realized playing game… what is the synonym of the underlined word?

9.          What is the purpose of the text?

10.       Which sentence is that talking about reorientation?

 


REPORT TEXT EXERCISE 



Read text carefully then answer questions well!

 



Bono, meaning "truth" in the Malay language, is a tidal wave similar to the one found in Pororoca, in Brazil's Amazon. The phenomenon occurs in the Kampar River Sumatra province of Riau in Indonesia due to a unique combination of geographical, astronomical, and meteorological conditions.

The tidal bore is created when high tide seawater flows upstream from the wide, shallow estuary into a rapidly narrowing river channel, clashing with the downstream flowing river water. These waves can be quite impressive, traveling from the sea at speeds up to 40 kilometers per hour and reaching heights of four to six meters. It is often accompanied by roaring sound and strong winds.

The Bono waves have also been attributed to the people that lost their lives in here and the evil spirits associated with these tragic events. So, the Seven Ghosts is a section of the Kampar River where the bore slows down in a sandbar area and then multiplies once it gets back into deep water


 

  • 1 What does the text talk about?
  • 2.    What is the significance of the term "Bono" in the context of the Malay language?
  • 3.    Where does the Bono phenomenon occur?
  • 4.    What conditions   does it contribute to the formation of the Bono tidal wave ?
  • 5.    What are the characteristics of the Bono waves in terms of speed and height?
  • 6.    What cultural beliefs are associated with the Bono waves in the Kampar River?
  • 7.    What things are often accompanied when Bono occurs?
  • 8.    .. is a tidal wave similar to the one… What is the synonym of the underlined word?
  • 9.    … attributed to the people that lost their lives in here. The underlined word refers to?
  • 10. … associated with these tragic events. What is synonym of the underlined word?
  • 11 These waves can be quite impressive… What does the underlined word refer to?
  • 12 What is the purpose of the text?



 

PAHLAWAN UNTUK ANAKKU

 





Aku bersembunyi di balik tembok. Musuh menembak dari mana-mana. Desingan suara peluru laksana nyanyian pencabut nyawa. Mencekam. Banyak rekan prajuritku yang sudah gugur. Mereka berjatuhan di depan mataku. Aku kehilangan keberanian. Tapi aku harus memutuskan apakah akan maju dan menyelesaikan misi yang diberikan kepadaku oleh komandan untuk menyelamatkan rekan-rekanku yang kini menjadi tawanan perang atau menolak perintah dan melarikan diri. Aku ragu namun aku harus cepat mengambil keputusan.

Aku mendapatkan kembali keberanianku. Aku ingin dikenang banyak orang terutama anak-anak aku sebagai seorang pahlawan. Bagiku, lebih baik mati daripada hidup sebagai pengecut. Aku tak mau dikenang sebagai prajurit yang melarikan diri dari perang. Meninggalkan teman-teman dalam kurungan sebagai tawanan demi menyelamatkan diri. Pengecut.

Aku menatap tajam ke tembok di depanku. Perlahan namun pasti aku maju. Aku  menembak dengan ganas dan berlari ke arah musuh. Ini adalah waktu di mana semua pelajaran yang pernah ku dapat di ketentaraan harus dipraktekkan. Aku harus percaya pada apa yang bisa kulakukan. Terlebih lagi percaya pada pertolongan Allah. Allah akan menyelamatkanku. Aku terus berlari ke hadapan.

Setelah melewati banyak rintangan dan terhindar dari peluru-peluru musuh. Aku melihat seorang tentara musuh sedang sembunyi di balik tembok. Dengan cekatan aku mendekati dan menodongkan senjataku

"Di mana mereka?" Aku terengah-engah saat berbicara.

"Siapa?" dia terengah-engah lebih berat dariku mungkin karena takut.

“Tahanan perang.”

Dia mengangkat tangannya dan mengarahkan telunjuknya kearah bagunan disebelah kiriku. 

“Jalan …” perintahku singkat

Aku berjalan dibelakangnya. Aku menyadari bahwa dari pasukanku hanya aku yang tersisa di luar. Aku harus menyelamatkan teman-temanku secepat mungkin sebelum pasukan musuh mendapat bala bantuan.  Aku harus bergabung kembali dengan pasukanku.  Menyiapkan strategi dan amunisi. Berjaga-jaga sambil menunggu kedatangan serangan balik tentara musuh. Tentara musuh itu  membawaku ke tangga yang mengarah ke ruangan bawah tanah.

“Di dalam sana kamu akan menemukan apa yang kamu inginkan. Tolong lepaskan aku sekarang?” dia memohon padaku.

Aku melakukan apa yang dia minta dan ini adalah kesalahan aku. Kesalahan besar. Aku berlari ke bawah, perlahan dan mantap. Senjataku siap ditembakkan kapan saja. Tiba-tiba aku merasakan bau busuk, bau mayat manusia. Jantungku berdebar kencang. Apakah orang-orang yang akan kuselamatkan sudah mati? Apakah misiku gagal?

Aku sudah berada di ruangan bawah tanah.  Aku mencari teman-temanku yang sudah menjadi tawanan. Terus terang aku ragu. Apakah mereka masih hidup atau sudah menjadi mayat busuk bergelimpangan.

Tiba-tiba seseorang memelukku erat dari belakang. Aku meronta dan menendangnya. Aku berusaha lepas dari sergapan itu.   Aku berbalik dan hendak menembak tetapi berhenti. Seragamnya mirip dengan seragamku. Ya Tuhan, dia adalah Danil. Teman  satu timku

“Mana yang lain?” Tanyaku

“Ikut aku…”

Aku berlari mengiringi Danil. Tak berapa lama. Aku menemukan sekitar 15 tentara di timku. Dengan sigap aku dan Danil membobol pintu dan membebaskan mereka. Segera kuperintahkan semuanya untuk  berlari menuju gerbang. Di luar sudah ada helikopter yang menunggu untuk menyelamatkan kami.

Ketika kami sudah sangat dekat dengan gerbang keluar, aku melihat bala bantuan datang di belakang kami. Mustahil bagi kami untuk lari sebelum mereka datang. Ini adalah waktu untuk mengambil keputusan kedua, apakah akan lari atau menyelamatkan timku. Aku memilih opsi kedua. Aku memerintahkan rekan-rekanku untuk berlari menuju helikopter. Aku ada di sana untuk menghadapi musuh. Mustahil untuk melawan mereka yang menggunakan peluru jika di timku hanya aku yang punya senjata. Aku harus mencari opsi lain. Aku membuka pin setiap granat yang aku miliki dan berlari ke arah musuh. Mereka mulai menembakiku.

Peluru pertama mengenai perut sebelah kananku. Perih. Darah segar menyebur. Aku lunglai seketika. Bayangan anak laki-laki yang sedang bermain di lapangan ada di hadapanku. Dia berlari ke arahku dengan gembira. Lalu peluru kedua di dada kiri. Terasa panas. Semburan darah membasahi pakaianku.

“Ayah, ajari aku mengendarai sepeda?” suara anak laki-laki terdengar di telingaku entah dari mana.

Kemudian peluru ketiga tepat dipelipis kananku. Peluru keempat bersarang di dadaku. Menembus sampai ke jantung. Aku terdiam. Tiada lagi rasa sakit. Pandanganku hitam. Semuanya gelap. Tubuhku ambruk. Tersungkur. Badanku melayang ringan.

“Aku akan mengajarimu, anakku. Aku akan…"

www.dodiindranotesaja@blogspot,com