CERPEN - GURU PRESTASI PILIHAN

On Senin, 04 Mei 2020 0 komentar












GURU PRESTASI PILIHAN

DODI INDRA, S.S
GURU SMPN BERNAS


“Baiklah. Karena semua sudah datang. Rapat kita mulai” bapak kepala sekolah memulai pembicaraan. Semua peserta rapat yang hadir di ruang rapat berhenti bicara. Suasana perlahan – lahan hening.
“Assalamualaikum. Selamat siang. Terimakasih bapak ibu sudah datang ke ruang rapat kita ini tepat pada waktunya” Buk Sinar, sang pembawa acara rapat mulai membuka rapat dadakan itu.
“Ada 2 agenda yang akan kita bicarakan pada kesempatan kali ini. Dan langsung saja kami persilakan bapak kepala sekolah untuk menjelaskan ke dua hal tersebut, bapak Kepala sekolah saya persilakan” kata buk sinar mempersilakan kepala sekolah untuk memberikan penjelasan.
“Terima kasih. Yang pertama. Alhamdulillah. Tim tari Sekolah kita berhasil mendapat juara satu tingkat propinsi. Dan akan  mewakili propinsi ke tingkat nasional. Semoga tim tari sekolah kita terus mengukir prestasi. Terima kasih kepada buk Titia yang sudah bertukus lumus melatih anak – anak kita” Kata pak kepala sekolah dengan nada bahagia. Sontak semua peserta rapat bertepuk tangan. Buk Zuriati yang duduk di sebelah buk Titia mengulurkan tangannya dan mengucapkan selamat.
“Baik bapak ibu. Selanjutnya. Berita kedua. Sekitar satu bulan lagi akan ada pelatihan calon kepala sekolah dan calon pengawas sekolah. Pelatihan ini sangat penting dan bermanfaat untuk karir bapak ibu ke depan. Siapa tahu ada yang berminat jadi kepala sekolah atau pengawas sekolah nantinya. Dan pelatihan cakep dan cawas ini merupakan salah satu syarat untuk menuju kesana. Tidak banyak yang bisa ikut karena peserta dibatasi. Hanya ...”
“Maaf Pak. Yang mengadakan siapa dan dimana tu Pak pelatihannya?” buk Yenti memotong penjelasan kepala sekolah.
“Wah, Buk Yenti bersemangat sekali rupanya. Sudah tidak sabar mau ikut” pak  kepala sekolah menimpali sambil berseloroh.
“Bapak ibu. Pelatihan cakep dan cawas ini diadakan oleh dinas pendidikan kabupaten. Insya Allah di kota kita ini juga. Tapi waktunya belum pasti, masih menunggu konfirmasi dari Jakarta. Hanya itu informasi yang baru saya dapat” sambung pak kepala sekolah.
“Untuk itu. Saya menugaskan ibuk Yenti ikut pelatihan cawas dan pak Darmanto  untuk ikut pelatihan cakep”
“Lho kok saya Pak?” buk Yenti kembali bertanya.
“Menurut saya buk Yenti layak mengikutinya. Ibuk sudah banyak pengalaman. Sudah lama juga bertugas jadi guru kan? Sementara itu pak Darmanto selama ini sudah menjadi wakil kepala sekolah bagian kesiswaaan. Pokoknya pilihan saya tak salah. Bagaimana pak Darmanto?”
“Siap pak. Insya Allah” jawab pak Darmanto  tegas.
“Buk Yenti?”
“Insya Allah Pak”
“Baik. Pak Darmanto dan buk Yenti tolong segera siapkan persyaratannya ya?”
“Apa tu Pak persyaratnnya?” buk Yenti bertanya lagi.
“Biasa buk. SK pengangkatan, biodata, dan artikel sederhana tentang kegiatan tersebut?”
“Ok deh Pak. Akan kami siapkan” buk Yenti menjawab yakin.
“Baiklah. Yang terakhir. 4 hari lagi akan ada pemilihan guru, pengawas dan tenaga kependidikan berprestasi tingkat kabupaten. Kami kepala sekolah di MKKS telah memutuskan bahwa untuk tingkat kecamatan tidak dilaksanakan lomba. Dikarenakan waktu yang sudah mendesak. Kami di MKKS sudah memilih guru – guru yang mewakili kecamatan. Alhamdulillah atas usaha keras saya memperjuangkan. Akhirnya sekolah kita ditunjuk untuk mewakili guru SMP berprestasi”
“Sekolah kita Pak?” Buk Wati menyela.
“Iya. Karena semua kepala sekolah tahu dengan kualitas guru – guru di sekolah kita. Guru – guru kita semuanya berprestasi”
“Betul Pak. Sampai nasional kita berprestasi Pak” celutuk buk Yati sambil mencolek buk Titia
“Siapa Pak yang mewakili sekolah kita?” pak Nanda bertanya ingin tahu.
“Pak Darma” jawab Pak kepala sekolah tegas dan kuat.
“Saya Pak?” tanya pak Darma terkejut.
“Iya. Pak Darma orang yang cocok untuk ikut guru berprestasi tahun ini” jawab Pak kepala sekolah lebih tegas.
“Maaf pak. Saya tidak pantas dapat penghargaan itu” pak Darma menolak dengan lembut.
“Jangan menolak la Pak. Pak Darma pantas kok. Pak Darma tu hebat” pak Yudha mengutarakan pedapatnya
“Apalah prestasi saya. Tidak ada Pak?” pak Darma menjawab sambil memandang pak Yudha tajam.
“Pak Darma. Kami semua kepala sekolah di MKKS rayon 1 kabupaten telah memutuskan bahwa sekolah kita yang mewakili kecamatan untuk ikut ajang guru berprestasi  tingkat SMP. Dan saya sebagai pimpinan di sekolah ini menunjuk pak Darma” Pak kepala sekolah meninggikan suaranya.
“Sekali lagi maaf pak. Saya tak mau cari mati?”
“Cari mati gimana?” Pak kepala sekolah semakin meninggikan suaranya.
“Waktu tinggal 4 hari lagi Pak. Mana la sempat saya mempersiapkan persyaratannya”
“Ah.. Kami yakin kok pak Darma bisa. Kami akan dukung pak Darma?” ucap beberapa orang guru.
“Maaf Pak. Saya tak mau. Saya malu Pak. Saya tidak ada prestasi apa pun”
“Siapa bilang pak Darma tak berprestasi. Pak Darma sudah banyak menerbitkan buku. Sudah beberapa kali melakukan penelitian dan diseminarkan. Bapak membimbing anak dengan baik. Bapak guru inti di MGMP dan  instruktur K13” Pak kepala sekolah menyebut semua prestasi pak Darma.
“Tapi Pak. Penilaiannya bukan itu saja. Ada 4 kompetensi yang akan dinilai. Ok la untuk test tertulis dan tes presentasi karya ilmiah saya bisa persiapkan. Bagaimana dengan dokumen portofolionya Pak. Terus terang dalam jangka waktu 3 hari. Saya tak sanggup” jawab pak Darma mankin mantap dengan keputusannya.
“Kami siap kok bantu pak Darma” terdengar suara dari belakang.
“Iya. Siap mempermalukan saya di depan juri” Sambung pak Darma mulai keras.
“Kurang apa lagi sih pak Darma. Ikut saja. Sekedar mengisi ke kosongan kecamatan kita saja” Buk Yunailis ikut memberi dorongan.
“Itu saya yang tidak mau. Untuk apa  ikut kalau kita belum siap. Itu yang saya bilang cari mati tadi” pak Darma mulai emosi.
“Jadi Bapak menolak perintah saya. Pak Darma tidak menghargai pilihan saya?”
“Maaf Pak. Bukan saya menolak perintah Bapak. Bukan saya tidak menghargai pilihan Bapak. Tapi Bapak sendiri yang tidak konsisten dengan pilihan Bapak”
“Maksud pak Darma apa?” suara kepala sekolah tinggi dngan nada tidak senang.
Sontak suasana ruang rapat hening. Semuanya terdiam. Raut tegang menghiasai semua guru yang ada pada ruang rapat tersebut.
“Maaf Pak” pak Darma bersuara.
“Sudah. Pak Darma Indra Satya yang terhormat. Bapak sudah berani menolak keputusan dan perintah saya. Bapak sudah membangkang pada pimpinan” pak kepala sekolah bicara penuh amarah.
“Tolong izinkan saya berbicara” pak Darma berdiri dari duduknya.
Pak kepala sekolah terdiam. Dia menatap pak Darma tajam.
“Pak. Setiap tahun bapak memilih Guru berprestasi untuk tingkat sekolah kita. Bapak memilih berdasarkan prestasi yang mereka miliki. Kami semua setuju dan menerimanya dengan senang hati. Tahun ini bapak sudah menetapkan 3 orang guru berprestasi bukan? Sewajarnya lah Bapak menunjuk salah satu dari mereka. Mereka yang berhak dan berkewajiban menjadi utusan sekolah kita. Untuk apa Bapak memilih mereka menjadi guru berprestasi tingkat sekolah kalau ternyata yang Bapak utus mewakili sekolah kita ke tingkat yang lebih tinggi guru lain. Itu yang saya katakan Bapak yang tidak konsisten dengan keputsan bapak sendiri” kata pak Darma bergetar
Kembali suasana di ruang rapat itu hening mencekam. Semua tegang. Tak ada satu pun yang berbicara.
“Lagian Pak. Ajang lomba guru berprestasi ini bukan untuk main main. Bukan hanya untuk mengisi ke kosongan. Tapi lomba ini membawa nama pribadi. Membawa nama baik sekolah. Membawa nama baik kecamatan. Saya tak mau mencari malu dan menjatuhkan nama baik sekolah kita dengan ketidak siapan saya mengikuti lomba tersebut. Mohon maaf Pak. Sekali lagi saya katakan saya tidak bersedia” kata pak Darma lantang.
Pak Darma kembali duduk di kursinya.  Pak kepala sekolah terdiam. Dia menatap nanar semua peserta rapat. Setelah beberapa saat bapak kepala sekolah berdiri dan berkata,
 “Baik. Rapat sampai disini saja. Terima kasih”
Selesai berbicara. Bapak kepala sekolah berjalan keluar tanpa memperdulikan guru – guru lain yang tetap terdiam dalam pikirannya masing – masing.



0 komentar:

Posting Komentar