Kiat Sehat di Bulan Ramadhan


Oleh: Ahmad Jamaluddin
Kirim Print

dakwatuna.com - Ibadah puasa pada bulan Ramadhan menjadi kesempatan yang baik bagi kaum muslimin untuk meraih manfaat sebesar-besarnya, baik manfaat pahala ibadah maupun manfaat kesehatan. Masalahnya, pada bulan puasa biasanya munculnya kebiasaan-kebiasaan baru. Misalnya produktivitas kerja yang menurun dengan alasan badan lemas karena kurang makan, kebiasaan makan sahur yang banyak, makan berlebihan saat berbuka, kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta tidur seharian tanpa berolahraga. Tanpa kita sadari hal-hal ini justru dapat menyebabkan berat badan yang terus meningkat dan kondisi tubuh menjadi kurang fit, sehingga mengurangi manfaat puasa untuk kesehatan kita.
Agar puasa dapat menyehatkan diperlukan strategi yang tepat. Siasat yang baik adalah dengan melakukan pengaturan pola makan dan minum, pengaturan aktivitas/olahraga, perhatian ekstra dan strategi khusus untuk penyakit/kondisi tertentu, serta persiapan mental.
Pengaturan makan dan minum
Walaupun tidak makan dan minum di siang hari, jumlah kalori, karbohidrat, dan asupan gizi lainnya harus tetap sama dengan saat kita tidak berpuasa. Fungsi zat gizi dalam tubuh adalah sebagai sumber energi (karbohidrat dan lemak), zat pembangun (protein) terutama untuk tumbuh kembang serta mengganti sel yang rusak dan sumber zat pengatur (vitamin dan mineral).
Sahur
Pengaturan makan dan minum pada saat puasa dimulai ketika sahur. Sahur menjadi penting karena pada saat sahur kita mempersiapkan makanan yang menjadi sumber energi selama puasa. Sahur dianjurkan dilakukan di akhir waktu. Makanan yang dikonsumsi saat sahur tidak hanya sekadar praktis, tapi juga makanan bergizi, yang mengandung lima unsur zat gizi yaitu: protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Selain itu, pada saat sahur perlu mengkonsumsi makanan yang berserat yakni sayuran dan buah untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan. Sebaiknya konsumsi air 8-10 gelas per hari termasuk susu, jus, dan kuah sup atau sayur agar tubuh kita tidak kekurangan cairan. Pembagiannya 5 gelas pada malam hari dan 3 gelas pada saat sahur. Setelah makan sahur dianjurkan tidak langsung tidur untuk memperlancar pencernaan.
Berbuka Puasa
Pada saat berbuka puasa sebaiknya dengan minuman yang manis dan hangat. Makan dilakukan secara bertahap dan tidak langsung makan dalam porsi yang besar dan terburu-buru. Bagi orang gemuk hindari berbuka puasa dengan makanan yang tinggi kolesterol dan kurangi makanan yang manis-manis. Sebaiknya lebih banyak konsumsi sayuran dan buah serta kurangi makanan yang digoreng. Bagi yang terlalu kurus perlu menambah porsi susu dan hindari makanan yang sulit dicerna seperti sayuran berserat kasar (daun singkong, daun pepaya). Bagi yang berusia lanjut makanlah dalam jumlah porsi kecil tapi sering. Setelah buka puasa sebaiknya tidak langsung tidur untuk memperlancar pencernaan.
Contoh Perencanaan Makan Selama Puasa 
Maghrib
10% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan kecil)
Sesudah Maghrib
25% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan utama)
Sesudah Tarawih
20% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan utama)
Sebelum tidur malam
10% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan kecil/susu/buah)
Sahur
25% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan utama)
Sebelum imsak
10% dari total kebutuhan kalori sehari (makanan kecil/susu/buah)
Pengaturan Aktivitas/olahraga
Berpuasa tidak berarti mengurangi aktivitas atau kerja. Kita dapat terus berolahraga dengan memperhatikan waktu berolahraga yang tepat. Pada saat puasa tidak dianjurkan melakukan aktivitas/olahraga berat. Sebaiknya olahraga dilakukan menjelang berbuka puasa atau pada malam hari. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga ringan seperti jalan kaki, senam, lari kecil. Shalat tarawih pun dapat dijadikan aktivitas untuk menjaga kebugaran tubuh.
Perhatian ekstra dan strategi khusus untuk penyakit/kondisi tertentu
1. Penyakit lambung
Pada pasien yang memiliki penyakit pada lambung yang disebabkan oleh peningkatan asam lambung, stres dan makan tidak teratur umumnya boleh berpuasa. Namun bila penyakit pada lambung disebabkan karena adanya luka (ulkus) pada lambung umumnya tidak dianjurkan berpuasa. Makanan yang perlu dihindari antara lain:
  • Banyak mengandung gas dan tinggi serat (sawi, kol, nangka, pisang, kedondong, buah yang dikeringkan, minuman bersoda)
  • Merangsang pengeluaran asam lambung (kopi, sari buah sitrus, susu)
  • Merusak dinding lambung (cuka, pedas, merica, dan bumbu yang merangsang)
  • Sulit dicerna (makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju)
2. Penyandang diabetes (Diabetesi)
Penyandang diabetes atau diabetisi yang ingin berpuasa sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Secara umum diabetesi boleh berpuasa bila:
  1. Keadaan gula darahnya terkontrol (gula darah puasanya 80-126 mg/dl, 2 jam setelah makan 80-180 mg/dl).
  2. Bila menggunakan insulin tidak lebih dari dua kali sehari
  3. Mempunyai fungsi hati/liver dan ginjal yang baik
  4. Tak ada gangguan pembuluh darah otak yang berat
  5. Tak ada kelainan pembuluh darah jantung
  6. Cadangan lemak tubuh cukup
  7. Tak ada kelainan hormonal lain
  8. Tidak mengalami demam tinggi.
Pengaturan makan pada saat puasa untuk diabetisi tidak berbeda dengan jumlah asupan kalori dari makanan bila tidak puasa. Hanya saja diperlukan pengaturan dan distribusi makanan serta obat-obatan yang perlu dikonsultasikan dengan dokter.
3. Ibu hamil dan menyusui
Untuk ibu hamil diperbolehkan puasa apabila kuat dan tidak merasakan keluhan seperti pusing, gemetar, mual berlebihan, serta tidak termasuk kehamilan berisiko tinggi. Ibu hamil juga sebaiknya tidak memaksakan berpuasa jika membahayakan diri sendiri dan janin. Jenis dan jumlah makanan yang dibutuhkan pada waktu puasa sama seperti bila tidak puasa.
Sebagian besar ibu menyusui tidak kuat berpuasa karena mengeluarkan ASI, karena pengeluaran ASI bisa memberikan dampak lemas dan mudah lapar. Sebaiknya tidak memaksakan diri untuk puasa bila tidak kuat, karena bukan tindakan bijaksana bagi seorang ibu menyusui memaksakan diri menjalankan puasa tapi mengganti ASI dengan susu kaleng untuk sang anak.
Persiapan mental
Menghadapi puasa di bulan Ramadhan diperlukan persiapan mental, di antaranya niat dan motivasi kuat yang juga mempengaruhi kesiapan fisik. Puasa dengan niat ibadah yang ikhlas dan tenang, diiringi dengan kesabaran dapat menghindarkan stress, dan terbukti bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Dengan persiapan yang baik, kita dapat melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan dengan khusyuk dan optimal, meraih manfaat pahala ibadah dan meningkatkan kesehatan.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21659/kiat-sehat-di-bulan-ramadhan/#ixzz21944UWKB


Cerita Ramadhan


Oleh: Indah N Islami
Kirim Print

Tahun Pertama
Penatnya masa-masa MOS belum hilang ketika harus bersiap menyambut bulan mulia. Puasa pertama di rantau terasa berat. Yang biasanya semua telah tersedia, kini harus terlebih dulu berusaha. Alhamdulillah, teman kos cukup friendly. Antri di waktu buka dan sahur menjadi rutinitas yang makin mengakrabkan kami.
Masih menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang), masih belum banyak aktivitas dilakukan dan belum banyak teman.  Hari-hari dilalui berteman TV, buku diktat, dan diary. Tak jarang butir air mata mengalir ketika senja tiba, merindukan kebersamaan dengan ayah bunda.
Separuh Ramadhan… moderator kajian pagi menginfokan adanya I’tikaf di masjid kampus, di 10 hari terakhir nanti. Berniat ikut, 1-2 malam saja…karena mudik tentu lebih menarik…
Tahun kedua
Dari kupu-kupu bermetamorfosa menjadi kura-kura. Kebiasaan hanya melangkah di dua zona, kos dan kampus, kini melebar. Setidaknya makin familiar dengan mbak-mbak aktivis dan menikmati menu kura-kura (kuliah-rapat, kuliah-rapat). Beralih dari kos lama yang biasa menuju komunitas yang luar biasa, semoga amal baiknya lebih terjaga.
Ramadhan tahun ini banyak dihabiskan di kampus. Buka bersama kelas, angkatan, jurusan, himpunan. Hari-hari yang menyenangkan bersama teman seperjuangan. Jika tahun lalu hanya dapat 2 I’tikaf, tahun ini semoga minimal 3.Ternyata, mendapat hadiah membantu panitia di sana. Alhasil, harus mengikhlaskan mudik di H-3.
Tahun ketiga
Kuliah makin padat, tapi banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman menyiapkan beragam kegiatan. Penerimaan mahasiswa baru, magang, makrab, dan seminar tahunan.
Tak ketinggalan untuk bahu membahu menghijaukan dengan rangkaian agenda Ramadhan. Kajian rutin sore, silaturahim UKM, buka bersama fakultas… membuat bulan suci terasa cepat pergi.
Tahun keempat
Sejak kembali bergabung bersama keluarga besar lembaga dakwah fakultas, garis edar meluas dari lingkup fakultas ke universitas. Begitu pun, makin banyak saudara yang turut membagi semburat pelanginya. Terlebih setelah tergabung dalam pengurus masjid, tiada hari tanpa masjid kampus, tiada hari tanpa ifthor (gratis) dan lebih banyak mengisi Ramadhan di sana. Bersama teman setia bernama tugas akhir yang selalu minta waktu untuk disapa.
Menemukan seni baru tentang ikhlas, di mana yang ada adalah kerja dan kerja, tak perlu banyak kata. Tahun hiruk pikuk, hingga di 10 hari terakhir yang crowded, namun tetap coba fokus mengais maghfirah-Nya. “Pekerjaan yang ada jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia”, sebuah pengingat yang sangat mengena.
Tahun kelima
Batang usia di kampus makin meninggi, harus lebih intensif bersama skripsi. Kepanitiaan i’tikaf luar biasa bersama tim yang tak kalah luar biasa…makin menginternalisasi makna jiddiyah (kesungguhan) dan tadhiyah (pengorbanan), siang malam berjibaku di masjid dan seantero kampus. Berusaha menjadikan Ramadhan sebagai momentum lebih peduli dan berbagi, memfasilitasi jamaah beramal lebih banyak lagi.
Banyak cita yang digantungkan di langit Ramadhan tahun ini, agar menjadi Ramadhan terakhir dalam beberapa hal….terakhir berstatus mahasiswa, terakhir menikmati Ramadhan di kota ini, terakhir dalam…, terakhir menjadi…, terakhir…
Bagaimana kabar bait-bait doa itu, Kawan?
****
Tak terasa hampir menjumpai Ramadhan ke-6 di kota ini.
Ya Rahman, sampaikan kami di bulan mulia itu kembali, dalam kondisi iman yang kian meninggi.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21401/cerita-ramadhan/#ixzz2192sIYSu


Sang Tamu Istimewa: Ramadhan yang Mulia


Oleh: Devia Puspita Sari
Kirim Print

dakwatuna.com – Sya’ban semakin bergegas meninggalkan perputaran waktu. Ia pun akan segera digantikan dengan bulan baru. Tak terasa kedatangan Ramadhan tiba. Menjadi bagian dari sendi waktu setiap manusia. Aroma kedatangannya melingkupi seluruh penjuru langit dan bumi. Semua ciptaanNya pun kian mempersiapkan diri untuk menyambut mesra kedatangan bulan ini.
Ramadhan adalah bulan istimewa bagi yang ingin menjadi istimewa. Ramadhan menyimpan sejuta nikmat. Sangat disayangkan jika ada insan yang menyambut Ramadhan dengan persiapan yang biasa-biasa saja dan menyelaminya dengan aktivitas normal seperti bulan-bulan lain. Dan lebih disayangkan lagi jika masih ada yang belum mengetahui keutamaan Ramadhan bagi setiap insan yang melabelkan dirinya sebagai seorang muslim. Karena kehilangan setiap keutamaan yang ada dalam Ramadhan adalah kerugian terbesar dalam rangkaian tahun yang dijalani.
Setiap fase kehidupan ada masa ta’aruf (perkenalan). Tujuannya adalah agar setiap fase yang dilalui dipahami identitasnya dan diselami keberadaannya. Pepatah mengatakan bahwa “Tak Kenal Maka Tak Sayang”, dan untuk mengenal maka ada proses Ta’aruf. Tidak akan mungkin ada suatu hikmah mencintai jika sebelumnya belum ada proses ta’aruf. Dan bagaimana mungkin seseorang bisa mengetahui indahnya Ramadhan jika dia tidak mencari bagaimana makna keindahan tersebut dan bagaimana pula seseorang bisa berkata saya mencintai Ramadhan jika dia tidak mengenal lebih dalam bulan ini dan tidak melakukan perubahan aktivitas yang signifikan dalam menyalurkan rasa cintanya tersebut.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21647/sang-tamu-istimewa-ramadhan-yang-mulia/#ixzz2190FCMTM


Keutamaan Ramadhan

Keutamaan bulan ini telah dideskripsikan sendiri oleh Nabi SAW dalam khutbah baginda Rasulullah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Huzaimah dalam kitab Shahihnya. Dalam khutbahnya, Rasulullah menegaskan bahwa Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (amal shalih) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan satu kebaikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan lain. Siapa saja yang mengerjakan satu perbuatan wajib, maka nilainya sama dengan mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan juga adalah bulan kesabaran dan kesabaran itu balasannya surga. Ramadhan juga sebagai bulan tolong-menolong (ta’awun), di mana di dalamnya rezeki seorang mukmin bertambah. Siapa saja yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa, maka itu akan menjadi maghfirah bagi dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka, dan dia memperoleh pahala yang sama seperti orang yang berbuka puasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang tersebut.
Di bulan ini, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an, sebagaimana dituturkan Allah dalam surat Al-Baqarah: 185. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah adalah ‘Iqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH atau bulan Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut Syahr Al-Qur’an (Bulan Al-Quran). Maka, jaga tilawah setiap harinya. Isi setiap waktu yang kosong dengan tilawah. Mari bersama melakukan khatam Al-Qur’an. Minimal satu kali khatam. Insya Allah.
Rasulullah Muhammad SAW menuturkan: “Jika memasuki bulan Ramadhan, maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan dibelenggu.”  (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, dan Ibn Hibban). Tidak hanya itu, Allah pun menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang menghiasi Ramadhannya dengan perbuatan baik. Melakukan satu amalan sunnah, pahalanya sama dengan amalan fardhu di bulan lain. Melakukan satu amalan fardhu, nilainya dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena itu Rasulullah menggunakan bulan ini untuk melipatgandakan amal shalih. Dalam riwayat Ibnu Abbas, dituturkan bahwa Nabi adalah orang yang paling dermawan  dan lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadhan, saat Jibril menemui baginda Rasulullah Muhammad SAW untuk mengecek hapalan Al-Qur’an beliau.
Di bulan suci ini pula, Rasulullah dan para sahabat berhasil menaklukkan kota Mekah, tepatnya pada bulan Ramadhan 8 Hijriah. Penaklukan kota Mekah ini disebut sebagai penaklukan agung (Al-Fath Al-A’dham). Kaum Kafir Quraisy pun berbondong-bondong masuk Islam, termasuk Abu Sufyan dan para pemuka kafir Quraisy. Dan pada saat itulah turun perintah untuk menghancurkan berhala dari sekitar Ka’bah. Karena itu, Ramadhan juga dikenal sebagai Syahru Al-Jihad wa Al-Intishar (bulan Jihad dan Kemenangan).
(Summary Kajian Akhwat di TMMIN pada 13 Juli 2012)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21647/sang-tamu-istimewa-ramadhan-yang-mulia/#ixzz218xs8aLA


Keutamaan Ramadhan

Keutamaan bulan ini telah dideskripsikan sendiri oleh Nabi SAW dalam khutbah baginda Rasulullah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn Huzaimah dalam kitab Shahihnya. Dalam khutbahnya, Rasulullah menegaskan bahwa Ramadhan adalah bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (amal shalih) di dalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah (tathawwu’). Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan satu kebaikan, maka nilainya sama dengan mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan lain. Siapa saja yang mengerjakan satu perbuatan wajib, maka nilainya sama dengan mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan juga adalah bulan kesabaran dan kesabaran itu balasannya surga. Ramadhan juga sebagai bulan tolong-menolong (ta’awun), di mana di dalamnya rezeki seorang mukmin bertambah. Siapa saja yang memberikan buka kepada orang yang berpuasa, maka itu akan menjadi maghfirah bagi dosa-dosanya, penyelamatnya dari api neraka, dan dia memperoleh pahala yang sama seperti orang yang berbuka puasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala orang tersebut.
Di bulan ini, Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an, sebagaimana dituturkan Allah dalam surat Al-Baqarah: 185. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah adalah ‘Iqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH atau bulan Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut Syahr Al-Qur’an (Bulan Al-Quran). Maka, jaga tilawah setiap harinya. Isi setiap waktu yang kosong dengan tilawah. Mari bersama melakukan khatam Al-Qur’an. Minimal satu kali khatam. Insya Allah.
Rasulullah Muhammad SAW menuturkan: “Jika memasuki bulan Ramadhan, maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan dibelenggu.”  (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, dan Ibn Hibban). Tidak hanya itu, Allah pun menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang menghiasi Ramadhannya dengan perbuatan baik. Melakukan satu amalan sunnah, pahalanya sama dengan amalan fardhu di bulan lain. Melakukan satu amalan fardhu, nilainya dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena itu Rasulullah menggunakan bulan ini untuk melipatgandakan amal shalih. Dalam riwayat Ibnu Abbas, dituturkan bahwa Nabi adalah orang yang paling dermawan  dan lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadhan, saat Jibril menemui baginda Rasulullah Muhammad SAW untuk mengecek hapalan Al-Qur’an beliau.
Di bulan suci ini pula, Rasulullah dan para sahabat berhasil menaklukkan kota Mekah, tepatnya pada bulan Ramadhan 8 Hijriah. Penaklukan kota Mekah ini disebut sebagai penaklukan agung (Al-Fath Al-A’dham). Kaum Kafir Quraisy pun berbondong-bondong masuk Islam, termasuk Abu Sufyan dan para pemuka kafir Quraisy. Dan pada saat itulah turun perintah untuk menghancurkan berhala dari sekitar Ka’bah. Karena itu, Ramadhan juga dikenal sebagai Syahru Al-Jihad wa Al-Intishar (bulan Jihad dan Kemenangan).
(Summary Kajian Akhwat di TMMIN pada 13 Juli 2012)


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21647/sang-tamu-istimewa-ramadhan-yang-mulia/#ixzz218xs8aLA






Maafkan kami Ramadhan, 
kepala kami tertunduk malu karena engkau menjanjikan kami berlimpah kebaikan, 
tapi kami tenggelam dalam kehinaan.
(Syaikh Adil bin Ahmad)
Ilustrasi. (inet)
 Jika Ramadhan diibaratkan tamu agung, maka Ramadhan adalah tamu agung yang kerap kita kecewakan. Kehadirannya kita rindukan tapi saat dia datang di tengah-tengah kita, tak ada yang kita berikan selain kelalaian dan rapuhnya kesungguhan.
Ramadhan adalah akumulasi kemuliaan dalam tiap detaknya. Karena Ramadhan kita bisa melakukan hal yang berbeda kadar dan nilainya. Berbeda bentuk, penghargaan dan balasannya di sisi Allah SWT. Ramadhan bukanlah bulan biasa, bukan hari biasa, malam dan siangnya pun bukan hal yang biasa. Tapi tidak semua orang bisa merasakan besarnya keberkahan itu, karena Ramadhan hanya dapat terasa lewat sentuhan iman dan pekanya perasaan.
Ramadhan hadir membawa keberkahan tak terperikan, menjadi sarana efektif untuk kita berkaca diri. Di Ramadhan ini saatnya kita berkaca diri di tengah segala bentuk perburuan kehidupan yang melenakan, hingga alur berbalik dan kitalah yang menjadi buruan kehidupan.
Ramadhan hadir menyediakan tempat rehat dari jiwa-jiwa yang kelelahan. Saatnya kita menengok ke dalam diri, memenuhi panggilan kesadaran untuk berkaca diri. Di tengah kebisingan yang semakin menjadi, perlu rasanya kita kembali membaca ulang tentang siapa kita yang sebenarnya. Karena kita adalah akumulasi dari apa yang kita katakan, perbuat, dan pikirkan. Ramadhan hadir, sudah saatnya kita berkaca diri.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21650/ramadhan-hadir-tiba-saatnya-berkaca-diri/#ixzz218wORini







Maafkan kami Ramadhan, 
kepala kami tertunduk malu karena engkau menjanjikan kami berlimpah kebaikan, 
tapi kami tenggelam dalam kehinaan.
(Syaikh Adil bin Ahmad)
Ilustrasi. (inet)
 Jika Ramadhan diibaratkan tamu agung, maka Ramadhan adalah tamu agung yang kerap kita kecewakan. Kehadirannya kita rindukan tapi saat dia datang di tengah-tengah kita, tak ada yang kita berikan selain kelalaian dan rapuhnya kesungguhan.
Ramadhan adalah akumulasi kemuliaan dalam tiap detaknya. Karena Ramadhan kita bisa melakukan hal yang berbeda kadar dan nilainya. Berbeda bentuk, penghargaan dan balasannya di sisi Allah SWT. Ramadhan bukanlah bulan biasa, bukan hari biasa, malam dan siangnya pun bukan hal yang biasa. Tapi tidak semua orang bisa merasakan besarnya keberkahan itu, karena Ramadhan hanya dapat terasa lewat sentuhan iman dan pekanya perasaan.
Ramadhan hadir membawa keberkahan tak terperikan, menjadi sarana efektif untuk kita berkaca diri. Di Ramadhan ini saatnya kita berkaca diri di tengah segala bentuk perburuan kehidupan yang melenakan, hingga alur berbalik dan kitalah yang menjadi buruan kehidupan.
Ramadhan hadir menyediakan tempat rehat dari jiwa-jiwa yang kelelahan. Saatnya kita menengok ke dalam diri, memenuhi panggilan kesadaran untuk berkaca diri. Di tengah kebisingan yang semakin menjadi, perlu rasanya kita kembali membaca ulang tentang siapa kita yang sebenarnya. Karena kita adalah akumulasi dari apa yang kita katakan, perbuat, dan pikirkan. Ramadhan hadir, sudah saatnya kita berkaca diri.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21650/ramadhan-hadir-tiba-saatnya-berkaca-diri/#ixzz218wORini







Maafkan kami Ramadhan, 
kepala kami tertunduk malu karena engkau menjanjikan kami berlimpah kebaikan, 
tapi kami tenggelam dalam kehinaan.
(Syaikh Adil bin Ahmad)
Ilustrasi. (inet)
 Jika Ramadhan diibaratkan tamu agung, maka Ramadhan adalah tamu agung yang kerap kita kecewakan. Kehadirannya kita rindukan tapi saat dia datang di tengah-tengah kita, tak ada yang kita berikan selain kelalaian dan rapuhnya kesungguhan.
Ramadhan adalah akumulasi kemuliaan dalam tiap detaknya. Karena Ramadhan kita bisa melakukan hal yang berbeda kadar dan nilainya. Berbeda bentuk, penghargaan dan balasannya di sisi Allah SWT. Ramadhan bukanlah bulan biasa, bukan hari biasa, malam dan siangnya pun bukan hal yang biasa. Tapi tidak semua orang bisa merasakan besarnya keberkahan itu, karena Ramadhan hanya dapat terasa lewat sentuhan iman dan pekanya perasaan.
Ramadhan hadir membawa keberkahan tak terperikan, menjadi sarana efektif untuk kita berkaca diri. Di Ramadhan ini saatnya kita berkaca diri di tengah segala bentuk perburuan kehidupan yang melenakan, hingga alur berbalik dan kitalah yang menjadi buruan kehidupan.
Ramadhan hadir menyediakan tempat rehat dari jiwa-jiwa yang kelelahan. Saatnya kita menengok ke dalam diri, memenuhi panggilan kesadaran untuk berkaca diri. Di tengah kebisingan yang semakin menjadi, perlu rasanya kita kembali membaca ulang tentang siapa kita yang sebenarnya. Karena kita adalah akumulasi dari apa yang kita katakan, perbuat, dan pikirkan. Ramadhan hadir, sudah saatnya kita berkaca diri.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21650/ramadhan-hadir-tiba-saatnya-berkaca-diri/#ixzz218wORini