NIAT
DODI INDRA, S.S.
GURU SMPN BERNAS
“Adeekkk…”
Terdengar suara Nadya. Anak sulungku
meneriaki adeknya, Hafif, yang suka iseng dan mengganggu. Aku yang sedang tidur
terbangun seketika.
“Kakak… Jangan la ah… “ teriak si adek
membalas teriakan kakaknya
“Ibu… lihat ni adek”
“Kakak yang mulai…”
“Ya. Jangan mukul-mukul la. Sakit
tahu!”
“Kakak yang duluan pukul adek.”
“Iya. Kan pukulnya pelan!”
“Sakit kok!”
“Sudah… Sudah. Tak usah kelahi. Kalau
main ya main saja. Yang akur!” terdengar suara istriku menengahi mereka.
“Iya. Bu. Tapi adek jahat. Lihat ni
mainan Kakak dirusakinnya.”
“Kakak juga rusak mobil – mobilan
adek.”
“Sudah… sudah… Jangan teriak- teriak
gitu. Malu!”
Perlahan kubangkit dari tempat tidur.
Rasanya baru sebentar aku membaringkan tubuh. Tidur lagi setelah sholat Subuh.
Kulirik jam di dinding kamar. Sudah jam 10.15. Sudah siang. Enak juga ternyata
tidak kerja. Tidak ke kantor dan hanya berdiam diri di rumah.
Mewabahnya virus corona membuat semua
aktivitas di luar rumah dihentikan. Termasuk juga kantor tempat aku bekerja.
Kesempatan ini aku gunakan untuk memanjakan diri setelah sekian lama bergelut
dengan pekerjaanku. Rutinitas setiap hari yang harus kulalui. Jam 4.30 pagi
sudah harus bangun. Setelah sholat Subuh langsung beres-beres rumah. Sementara
istriku sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan bekal untuk dibawa ke sekolah
anak – anakku. Belum lagi sengitnya membangunkan kedua bauh hati kami. Mandi
dan sarapan harus dikerjakan dengan cepat. Jam 6.30 sudah harus berangkat dari
rumah. Mengantarkan si sulung ke sekolahnya. Kemudian baru ke sekolah si
bungsu. Setelah kedua anakku itu sampai di sekolah masing-masing, aku menuju
tempat kerja. Pukul 7.30 biasanya aku
sudah sampai.
Namun pagi ini semua rutinitas itu tak
kami lakukan. Santai di rumah menikmati waktu kebersamaan bersama keluarga
meskipun was – was dihati tentang penyakit yang sekarang lagi mendunia. COVID –
19.
“Ayah sudah bangun,“ teriak Hafif
begitu melihatku keluar dari kamar. Bocah
berusia 7 tahun itu langsung memelukku.
“Ayah tak kerja? “ tanyanya enteng.
“Tidak. Ayah di rumah,” jawabku sambil
memeluknya.
“Asyik. Bisa temanin adek” teriaknya
girang sambil memelukku erat-erat.
“Adek main apa?”
“Ngak main apa -apa. Bosan main
mobilan terus. Adek nonton saja la sama
Ayah.”
“Adek menganggu saja Yah. Kakak main
dia ikutan main. Kakak nonton dia ikutan nonton. Milih siaran yang dia sukai
aja. Egois. Tak mau berbagi!” celoteh Nadya menanggapi ucapan adeknya,
“Mana pula. Kakak yang egois.” bantah
Hafif.
“Sudah. Jangan rebutan! Sekarang giliran
ayah yang nonton,” kataku sambil
mengambil remote TV.
“Adek juga mau nonton. Adek nonton
Upin Ipin,” larang Hafif sambil merebut
remote dari tanganku.
“Masak Upin Ipin terus. Filmnya itu ke
itu aja terus. Bosan!” celutuk Nadya
“Biar aja…”
“Sudah. Jangan kelahi. Sekarang Adek nonton. Nanti kalo Upin
Ipinnya dah habis, kasih ke kakak ya. Kakak lagi yang nonton,” kataku membagi.
Kubatalkan niat untuk menonton televisi.
“Ya Ayah…” jawab kedua anakku
serempak.
Aku beranjak dari depan TV.
“Ayah mau kemana?” tanya Nadya.
“Ayah mau tidur lagi,” kataku datar.
“Bantu Kakak la Ayah! Kakak tidak mengerti
pelajaran ini.”
“Pelajaran? Kakak ada PR?”
“Bukan PR Ayah. Ni tugas dari bu
guru.”
‘Kakak kan libur. Kok ada tugas?”
“Belajar dari rumah Ayah. Kakak lagi
pembelajaran online ni bersama buk guru.”
“Online?” tanyaku heran.
“Iya. Sudah seminggu pun pembelajaran
onlinenya,” ucap Nadya memberitahu.
“Ok. Pelajaran apa?”
“Matematika Yah. Susah kali soalnya!”
“Coba lihat ayah!” ujarku sambil
melihat ke android Nadya yang sedang dipegangnya.
“O… Sudut ya. Yang ini Kakak tambahin
dulu kemudian baru dibagi…” Aku mulai menerangkan tentang cara mencari besar
sudut. Pelajaran Matematika tentang sudut memang sedikit susah. Apalagi
belajarnya hanya lewat dunia maya begini tentu saja Nadya kurang paham dan
untuk bertanya pun sulit. Tak terasa cukup lama juga aku menjelaskan pelajaran
Nadya. Mulai dari membahas rumus sampai mengerjakan tugas yang diberikan
gurunya.
“Sudah ya. Ayah tinggal dulu. Kakak
lanjutkan mencatatnya. Setelah itu photo dan kirimkan ke WA gurunya,” kataku
memberi arahan.
“Ya Ayah. Thanks so much.”
“Welcome,” jawabku lalu beranjak
menuju kamar. Kulirik jam dipergelangan tangan kiriku. Jam 14.10.
Masih banyak waktu. Aku lanjut tidur
siang lagi ah..!” pikirku lalu beranjak menuju kamar.
“Adek… Jangan ganggu Kakak!“ Terdengar
teriakan Nadya dari luar. Aku yang lagi tidur siang terbangun.
“Pinjam Adek Kak!”
“Kakak lagi pakai lho Dek!”
“Kan sudah dari tadi. Pinjamlah Adek
lagi!”
“Nanti. Tunggu dulu!”
“Kakak pelit kali pun…”
“Ada apa lagi?” Terdengar suara
ibunya.
“Adek rebut HP Kakak.”
“Adek. Kakak lagi pake HPnya. Adek
jangan ganggu ya!”
“Tapi adek mau pinjam”
Segera kubangkit dari ranjang.
Suara keributan dari luar tak bisa
membuat mataku kembali terpejam.
“Ayah. Lihat ni Adek!” adu Nadya.
“Adek mau pinjam HP Kakak Yah…!”
“Kakak lagi pake…!” teriak Nadya
kesal.
“Nadya. Bicaranya yang lembut. Tak
perlu teriak – teriak gitu,” kataku menasehato.
“Adek main rebut aja Yah. Kakak lagi
pakai juga.”
“Untuk apa HP sama Adek?”
“Adek mau mengirim tugas Adek sama
buk guru.” Kata Hafif sambil menunjukkan tugasnya. Kuambil tugas yang
disodorkan anak lanangku itu.
“Pantun ya Dek?” tanyaku memastikan.
“Iya Ayah. Pantun tentang corona,”
jawab Hafif.
“Ini sudah selesai?” tanyaku. Kulihat
ada 3 bait pantun di buku tulis Hafif.
“Sudah Ayah. Hanya 3 buah pantun
saja,” jawab Hafif seolah-olah tahu apa yang sedang kupikirkan.
“Terus… Tugasnya ini mau diapakan?”
“Diphoto dan dikirimkan ke WA buk guru
Yah.”
“O… Sini. Adek pakai HP Ayah saja.” Ku
sodorkan HP kearah Hafif.
“Makasih Yah” ucap Hafif. Nampak rona
bahagia di wajahnya.
Aku terduduk di kursi depan TV. Niat
hati untuk santai memanjakan diri. Ternyata membuat kepalaku sakit. Tidur tak
nyaman. Sebentar-sebentar suara teriakan terdengar. Belum lagi suara musik
tetangga yang terdengar nyaring sampai ke rumah. Gimana mau istrahat. Ini baru
hari pertama di rumah. Bagaimana hari selanjutnya? Tak terbayangkan.
“Oh Tuhan… Kalau begini mah. Lebih
baik bekerja seperti biasa.” Gerutuku sendirian.
“Ayaaaah…!”
“Aduh Hafif. Jangan teriak-teriak! Ada
apa?”
“Nomor buk guru Adek tidak ada di HP
Ayah. Adek tak bisa kirim tugas.”
“!!!”
Pangkalan Kerinci, 07 April 2020
0 komentar:
Posting Komentar