BUJANG SELAMAT

On Senin, 20 Mei 2013 0 komentar


Bujang Slamet


     Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah seorang janda miskin bersama seorang anaknya di negeri  Petalangan Langgam. Anak itu bernama bujang slamet, ia adalah seorang perjaka. Emak nya bernama seorang Si lombut. Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari,mereka bekerja di ladang dengan menanam padi. Apabila padi sudah panen, padi dijemur  di atas jembuan di bawah sinar matahari. Hal itulah yang dilakukan Bujang Slamet dan Emaknya sehari-hari.
    Pada suatu hari, slamet pergi menjemur padi di atas tikar jembuan yang tidak seberapa jauh dari rumahnya. Setelah padi diletakkan di atas tikar jembuan, slamet pun pulang ke rumah nya . Sesampainya di rumah, emaknya menyuruh Slamet makan siang.  Pada saat emaknya pun berkata pada Slamet, ‘slamet, selesai makan nanti pergilah kamu melihat  jemuran padi kita, karena sudah lama kamu meninggalkannya’, kata emak Slamet, dengan nada rendah. ‘kalau begitu baik mak’ kata Slamet menurut.
    Selesai makan Slamet pun pergi ke tempat padi jemuran itu berada. Sesampainya disan, alangkah terkejutnya Slamet melihat padi jemurannya yang berserakan seperti dicakar-cakar oleh burung. Dalam keadaan bingung Slamet berkata dalam hatinya ‘mengapa padi berserakan seperti ini? Padahal sebelumnya aku tidak pernah menemui kejadian ini?’ gumam Slamet heran.
     Sejurus kemudian, Slamet pun bersembunyi diantara pohon-pohon keduduk yang sedang berbunga, untuk melihat hal apa yang menyebabkan  padinya berserakan seperti itu. Setelah beberapa lama mengintai,namun tidak ditemukan apa-apa. Dengan sesal hati Slamet pulang ke rumahnya membawa padi jemuran tersebut.
    Sesampainya di rumah, Slametpun menceritakan kejadian yang ia temui tadi kepada emak nya, pada saat melihat jemuran itu. ‘besok pagi,pergilah kamu kembali menjemur padi, setelah padi dijemur,kamu harus bersembunyi dibalik semak-semak  dan tidak boleh ada suara sedikit pun, supaya tidak ketahuan,’ kata emak Slamet menyarankan. ‘baiklah mak, besok pagi aku akan kembali menjemur padi  lagi, dan akan aku lakukan sesuai perintah emak’kata Slamet menjawab.
      Keesokan harinya, Slamet pun pergi kembali menjemur padi ditempat biasanya. Setelah padi diletakkan di atas tikar jambuan, Ia pun pergi mengendap-endap bersembunyi diantara celah-celah pohon keduduk. Setelah berapa lama menunggu, tiba-tiba tampak lah oleh nya burung yang sangat cantik, bulunya sangat indah dan berwarna-warni , sedang memakan padi-padi yang dijemur. Melihat hal itu, Slamet keluar dari persembunyiannya dan mengendap-endap  mendekati burung itu. Ketika jaraknya tidak seberapa jauh lagi dengan burung itu, Slamet pun menerkamnya. Namun, usahanya sia-sia karena burung itu sudah terbang lagi. Dengan putus asa, Slamet pun pulang ke rumah nya.
      Setibanya di rumah, Slamet pun menceritakan kejadian yang ia alama kepada emaknya. ‘Slamet, seperti apakah bentuk burung itu?’ kata emak Slamet bertanya. ‘burung itu cantik, ia memiliki bulu-bulu yang sangat indaah dan berwarna-warni dan aku belum pernah melihat nya mak’, jelas Slamet.  ‘kalau begitu, besok buatlah jerat yang agak jauh dari tempat jemuran padi itu, ikatlah jerat itu dengat tali celana mukemudian jangan lupa diberi umpan’, kata emak menyarankan. ‘Baik mak’, Slamet mengangguk.
       Keesokan paginya Slamet kembali menjemur padi dan tak lupa ia mengikat jeratnya agak jauh dekat jemuran. Setelah semuanya selesai, iapun pulang ke rumah, sembari menunggu datangnya petang.
       Saat petang tiba, ia pergi kembali membangkit jemuran dan melihat jerat nya. Alangkah kecewanya Slamet, ketika ia melihat tak satu ekorpun burung yang menyangkut din jerat nya. Dengan langkah yang lemah, ia pulang kerumah.
       Keesokan harinya, ia kembali mengikat jeratnya dekat tempat jemuran padi itu. Namun usahanya sia-sia , tak satu pun burung terpancing oleh jeratnya. Hal itu berlangsung hingga 7 hari berturut-turut.
      Pada hari ke-7, kembali Slamet melihat jerat nya. Namun, juga sia-sia. Dengan sangat putus asa, Slamet  bersandar dibatang pohon kayu yang rindang, sembari melepas kantuk.
      Sejenak ia melepas kantuk , tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara nyanyian yang sangat merdu dan nyaring. Mendengar nyayian itu, ia pun menoleh kekiri dan kekanan dan tertumpulah pandangannya pada seekor burung yang sangat caqntik, yang sedang bertengger di atas ranting pohon. Dari situ Slamet tahu bahwa nyanyian merdu itu adalah burung yang bertengger di atas ranting pohon tersebut.
Nama ambo siburung pintau yo pintau
Slamet manahan joek yo pintau
Ditahannyo di topi jambuan yo pintau
Dibueknyo tali salowau yo pintau
Ambo tak nondak talinyo salowau yo pintau
Ambo nondak tali sumpik boghe yo pintau

     ‘Astaghfirrullah hal azim...!’ Slamet terkejut. Apa aku tidak salah dengar ?... burung itu bernyanyi !! sungguh ajaib’, kata Slamet takjub. Ia pun bergegas pulang dan ia tidak sabar lagi menceritakannya kepada emaknya.
      Sesampainya di rumah, Slamet langsung berteriak memanggil maknya dan menceritakan apa yang ia lihat dan dengarkan.
‘mak..emak!!’ kata Slamet berteriak.
‘iya..iya kenapa pula kamu berteriakak memanggil emak!!’’ kata emaknya dengan nada tinggi.
‘begini mak, sewaktu aku hendak membangkit jerat, aku mendengar suara nyanyian !! kata Slamet.
‘memangnya siapa yang bernyanyi Slamet ?’ tanya emaknya.
‘burung itu  mak, burung yang hendak kita jerat itu !!’ kata Slamet dengan nada tinggi. ‘dalam nyanyiannya, ia tak mau di jerat diikat dengan tali celana mak...tapi ia ingin di jerat dengan tali sumpit beras’, Slamet menjelaskan. Emaknya menjawab ‘kalau begitu besok pagi  kau harus membuat jerat diikat dengan tali sumpit beras !!’ kata emaknya.
‘baik mak’ jawab slamet.
     Keesokan paginya, ia pun pergi menjemur padi dengan membawa jerat dari tali sumpit beras setelah selesai memasang jerat, ia pun pergi pulang. Saat petang tiba ia pun pergi kembali melihat jerat. Alangkah bahagianya Slamet, ketika melihat burung yang cantik itu tersangkut dengan jerat nya.
     Dengan hati gembira, ia membawa burung itu pulang. Ia pun membuat sangkar untuk burung yang cantik itu. Sangkarnya terbuat dari lidi daun kelapa. Dan Slamet pun menggantungkan nya di bawah atap, di teras rumah.
     Selama 6 hari 6 malam, burung itu hanya diam tanpa mengeluarkan suara bahkan ia tak pernah lagi bernyanyi. Sehingga Slamet dan emaknya pun bingung. Namunpada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola mangono yo pintau
Dimasukkan dalam sangkar lidi yo pintau
Ambo tak nondak sangkar lidi yo pintau
Ambo nondak sangkar bilah yo pintau
     Mendengar hal itu Slamet dan emaknya terkejut. Tapi Slamet mengerti apa maksud burung
Nyanyian itu. Kemudian ia bergegas mencari bilah. Setelah ditemukan,ia langsung membuat sangkar bilah untuk burung tersebut. Dan kembali menggantungkan sangkar bilah itu di bawah atap, di teras rumah.
     Setelah sangkar bilah itu dibuat Slamet,burung itu pun tidak bernyanyi lagi. Hal itu berlangsung Selama 6 hari 6 malam. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola mangono yo pintau
Dimasukkan dalam sangkar bilah yo pintau
Ambo tak nondak sangkar bilah yo pintau
Ambo nondak sangkar kayu yo pintau
     Mendengar hal itu, Slamet bergegas membuat sangkar yang baru untuk burung ity yaitu sangkar yang terbuat dari kayu. Setelah membuat sangkar dari kayu, kembali Slamet menggantungkannya di bawah atap teras rumahnya.
     Namun, Selama 6 hari 6 malamkembali burung itu tidak bernyanyi. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola mangono yo pintau
Dimasukkan dalam sangkar kayu yo pintau
Ambo tak nondak sangkar kayu yo pintau
Ambo nondak sangkar bosi yo pintau
     Mendengar hal ini Slamet bingung, ia tak tahu kemana ia akan mencari besi. Namun beberapa saat kemudian, ia pun mendapat akal. Bergegaslah ia membuat sangkar dari kayu, kemudian ia mengecat kayu tersebut dengat karat-karat yang ada di halaman rumah nya.setelah selesai, ia kembali menggantung sangkar tersebut.
      Hal yang sama terjadi selama 6 hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi . Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola mangono yo pintau
Dimasukkan dalam sangkar bosi yo pintau
Ambo tak nondak sangkar bosi yo pintau
Ambo nondak sangkar suaso yo pintau
      Slamet pun berfikir, bagaimana cara membuat sangkar dari suasa. Namun Slamet tidak kehabisan akal. Ia pun membuat sangkar baru dari kayu, dan ia cat sangkar tersebut dengan tanah merah. Setelah selesai, ia kembali Slamet menggantungkan nya.
       Selama 6 hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.Singkat cerita burung tersebut meminta agar sangkarnya dirubah menjadi sangkar perak. Slamet pun bingung, namun ia tak kehabisan akal. Ia pun mengecat sangkar kayu dengan tanah liat putih.
        Hal yang sama terjadi lagi Selama 6 hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi. Ia meminta sangkarnya dirubah menjadi sangkar emas. Slamet pun bingung dan berkata dalam hati ‘bagaimana caranya saya mendapatkan emas, padahal saya orang miskin’, namun sesuatu terlintas dalam fikirannya. Ia segera membuat sangkar dari kayu lalu sangkar itu dicat dengan tanah liat warna kuning, setelah ia selesai ia kembali menggantung nya.
         Hal yang sama terjadi selama 6 hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi . Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola mangono yo pintau
Ambo indak nondak sangkar digantung
Di luar umah yo pintau
Ambo nondak sangkar di gantung
di tongah umah yo pintau
mendengar hal itu, Slamet segera memindahkan sangkar burung itu ke tengah rumah.
           Setelah sangkar dipindah kan, selama 6 hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi . Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola mangono yo pintau
Ambo indak nondak sangkar digantung
Di tongah umah yo pintau
Ambo nondak sangkar di gantung
di dopan kalambu yo pintau
setelah mengetahui maksud burung itu,Slamet pun segera memindahkan sangkar di depan kelambunya. Dan setelah itu burung itu tak pernah bernyanyi lagi.
       Suatu pagi, ketika Slamet bangun tidur, ia menuju ke dapur hendak minum karena terasa haus. Alangkah terkejutnya Slamet ketika melihat makanan-makanan lezat yang tertata rapi di lantai. Slamet berfikir, ‘Apakah emak yang memasak begitu banyak makanan ini?...aah... tidak mungkin. Sedangkan emak masih tertidur, sebaik nya aku bangunkan emak’. Gumam Slamet. Slamet pun membangun kan emaknya. ‘emak...apakah mak yang memasak makanan yang begitu banyak dan lezat di dapur?’ kata Slamet. ‘tidak,......sedangkan emak baru bangun’, emak Slamet menjelaskan. Hal itu berlangsung  selama 7 hari berturut-turut. Karena merasa penasaran Slamet berencana untuk mengintai siapa yang memasak makan-makanan itu setiap subuh.
       Pada hari ke-7, Slamet pun  bangun lebihawal, ia bangun jam 3 subuh. Namun, ia pura-pura tidur. Sejenak kemudian Slamet mendengar suara berisik, lalu ia mengintai di balik selimut nya. Tampak oleh nya burung yang berada di sangkar itu sudah kosong. Alangkah terkejutnya ia melihat seorang gadis yang sangat cantik sedang memasak di dapur. Dengan  tergesaa-gesaKemudian ia mengendap-endap pergi ke kamar emak nya untuk membangunkannya. Setelah membangunkan emaknya, Slamet segera menceritakan apa yang ia lihat dan tentang sangkar burung yang kosong itu.Emak Slamet berkata ‘sebaiknya, segera lah kamu membakar 7 buah sangkar burung itu, supaya ia tidak bisa kembali ke wujud nya menjadi burung’’ perintah emak Slamet. Ia pun segera membakar ke-7 sangkar tersebut sampai menjadi abu.
     Slamet pun bergegas pergi ke dapur dan mendapati gadis itu yang sedang asyik-asyik memasak.’siapakah kau hei gadis cantik?’ tanya Slamet. Gadis itu terkejut dan ketakutan.’tidak usah takut, aku tidak akan melukai mu, aku hanya ingin tahu dari mana asal mu? ‘jelas Slamet.
‘Sebetulnya, aku adalah seorang putri khayangan yang diutus oleh ayahandaku ke bumi untuk mencari calon suami. Dan kau lah calon suami ku’, jelas gadis itu.Slamet terkejut bercampur bahagia, karena akan mempunyai seorang istri yang sangat cantik. ‘ siapakah nama mu gerangan?’tanya Slamet. ‘ nama ku Pintau Mayang Terurai’, jawab gadis itu. ‘kalau begitu aku mau menikahi mu’, kata Slamet tegas. ‘tapi, ada pantangannya. Kamu tidak boleh menyuruh ku menyanyikan nyanyian yang pernah ku nyanyikan dulu’ jelasnya. Baiklah..aku mengerti’, jawab Slamet.
        Akhirnya, Slamet menikah dengan Pintau Mayang Terurai. Mereka hidup bahagia. Namun,pada saat kebahagiaan itu berlangsung , emaknya Slamet meninggal karena sakit-sakitan.
        Setelah beberapa lama menikah, Slamet dan istrinya memperoleh anak laki-laki yang tampan dan sehat. Anak itu di beri nama Si Lamat.
       Suatu hari, Slamet sedang mengayunkan buaian anak nya, sedangkan istrinya sedang menenun. Entah setan apa yang memasuki Slamet, sehingga ia meminta istri nya untuk menyanyikan nyanyian yang pernah ia nyanyikan dulu.
‘dinda...bolehkah kanda meminta sesuatu dari dinda?’ tanya Slamet.
‘apakah itu gerangan kanda?’jawabnya.
‘maukah dinda bernyanyi lagi untuk ku?’ tanya Slamet.
‘tidak..! tidak kanda !!’ itu tidak mungkin kanda !! itu sebuah pantangan dari ayah dinda di khayangan’ jelasnya.
‘ah.. itukan hanya sebuah pantangan, aku hanya meminta mu bernyanyi sekali ini saja’. Kata Slamet dengan nada memelas.
‘tidak kanda, tidak... kalau dinda bernyanyi lagi, dinda akan pergi untuk selamanya’ jelas nya dengan nada sedih. Namun tidak Slamet tidak menghiraukan nya,ia terus memaksa istrinya.Sambil menangis istrinya berkata,’baiklah kanda jika itu yang kanda inginkan. Tolong jaga dan pelihara anak kita, jika aku tidak ada lagi di sisi mu’ jelas nya. Tapi Slamet tidak menghiraukan nya. Sambil menangis ia pun mencium anak nya di dalam buaian dengan sepuas hati, lalu ia mulai bernyanyi.
        Bait demi bait ia bernyanyi, tubuh istrinya semakin memendek, sedangkan Slamet terlena dengan nyanyian itu, sehingga ia pun tertidur. Istrinya teru bernyanyi sambil menangis menatap anaknya, hingga sampai pada bait terakhir. Ia kembali berubah menjadi burung dan terbang keluar rumah.
        Mendengar nyanyian terhenti. Slamet terbangun. Didapatnya istrinya sudah tidak ada lagi di samping nya.  Slamet pergi ke luar rumah , namun yang terlihat hanya seekor burung bertengger di atas pohon. Tahulah ia itu istrinya. ‘dinda....maafkan kanda...,kanda telah melanggar pantangan itu’, kata Slamet tersedu. ‘sudah terlambat kanda...dinda harus pergi, jagalah anak kita sampai dewasa’ jelasnya.
      ‘tidak..... dinda.... jangan pergi’, teriak Slamet menyesal. Burung itu pun terbang dari pohon satu ke pohon lain. Namun Slamet tetap mengikutinya. ‘pulanglah kanda... jangan ikuti dinda !! peliharalah anak kita’. Katanya sambil terbang dari satu pohon ke pohon lain. Slamet tidak menghiraukan kata-kata istrinya. Ia terus mengejar hingga jauh dari rumah, memasuki hutan. ;dinda.. jangan pergi !! tunggu aku.. maaf kan aku’, tangis Slamet. Pulang lah kanda.. jangan kejar dinda, anak kita menunggumu di rumah. Peliharalah anak kita kanda !’ jawabnya.
        Seketika itu juga, Slamet ingat akan naknya. Ia bergegas pulang kerumahnya. Dan setibanya di rumah, ia mengambil anaknya dari buaian lalu di gendong nya anaknya di pundaknya dengan kain panjang. Kemudian ia kembali mengejar istrinya.
      ‘dinda, tunggu kanda.. kanda akan pergi bersamamu dinda...’ ratap Slamet sambil menggendong anaknya.  ‘anak ku..kita akan mengejar emak mu. Supaya ia mau pulang kembali pada kita’, kata Slamet pada anaknya.
‘pulanglah kanda...jangan kejar dinda, semuanya sudah terlambat. Peliharalah anak kita, bawa dia pulang  ke rumah’ kata istrinya.
‘tidak dinda...tidak.. aku dan anak kita akan terus mengikutimu’ jawab Slamet. Namun burung itu terus masuk ke hutan. Tanpa Slamet sadari anak yang ia gendong telah meninggal di pundaknya. Selama seminggu-minggu hingga berbulan-bulan, ia terus mengikuti istrinya terbang.
     ‘dinda....pulanglah dinda, bersama kami. Kami merindukan mu’ kata Slamet dengan langkah lemah tak berdaya.
‘tidak kanda....pulanglah, anak kita sudah meninggal di pundak mu’ jawabnya sambil menangis.
Mendengar itu, seketika Slamet roboh. Ia jatuh dan tiada lagi bernyawa lagi.
       Pintau Mayang Terurai menangis, ia kembali ke khayangan. Di khayangan ia meminta ayahandanya untuk membawa mayat anak dan suaminya ke khayangan untuk dihidupkan kembali. Meliha kondisi putrinya yang selalu menangis disiang dan malam tiada henti, ia pun mengabulkan permintaan putrinya. Ia memerintahkan para hulu balang untuk mengangkat mayat cucu dan menantunya ke khayangan.
      Di khayangan mereka hidup kembali dan hidup bahagia.   

0 komentar:

Posting Komentar