Bujang Slamet
Alkisah, pada zaman dahulu hiduplah
seorang janda miskin bersama seorang anaknya di negeri Petalangan Langgam. Anak itu bernama bujang
slamet, ia adalah seorang perjaka. Emak nya bernama seorang Si lombut. Untuk
memenuhi kebutuhannya sehari-hari,mereka bekerja di ladang dengan menanam padi.
Apabila padi sudah panen, padi dijemur
di atas jembuan di bawah sinar matahari. Hal itulah yang dilakukan
Bujang Slamet dan Emaknya sehari-hari.
Pada
suatu hari, slamet pergi menjemur padi di atas tikar jembuan yang tidak
seberapa jauh dari rumahnya. Setelah padi diletakkan di atas tikar jembuan,
slamet pun pulang ke rumah nya . Sesampainya di rumah, emaknya menyuruh Slamet
makan siang. Pada saat emaknya pun
berkata pada Slamet, ‘slamet, selesai makan nanti pergilah kamu melihat jemuran padi kita, karena sudah lama kamu
meninggalkannya’, kata emak Slamet, dengan nada rendah. ‘kalau begitu baik mak’
kata Slamet menurut.
Selesai makan Slamet pun pergi ke tempat
padi jemuran itu berada. Sesampainya disan, alangkah terkejutnya Slamet melihat
padi jemurannya yang berserakan seperti dicakar-cakar oleh burung. Dalam
keadaan bingung Slamet berkata dalam hatinya ‘mengapa padi berserakan seperti
ini? Padahal sebelumnya aku tidak pernah menemui kejadian ini?’ gumam Slamet
heran.
Sejurus kemudian, Slamet pun bersembunyi
diantara pohon-pohon keduduk yang sedang berbunga, untuk melihat hal apa yang
menyebabkan padinya berserakan seperti
itu. Setelah beberapa lama mengintai,namun tidak ditemukan apa-apa. Dengan
sesal hati Slamet pulang ke rumahnya membawa padi jemuran tersebut.
Sesampainya di rumah, Slametpun
menceritakan kejadian yang ia temui tadi kepada emak nya, pada saat melihat
jemuran itu. ‘besok pagi,pergilah kamu kembali menjemur padi, setelah padi
dijemur,kamu harus bersembunyi dibalik semak-semak dan tidak boleh ada suara sedikit pun, supaya
tidak ketahuan,’ kata emak Slamet menyarankan. ‘baiklah mak, besok pagi aku
akan kembali menjemur padi lagi, dan
akan aku lakukan sesuai perintah emak’kata Slamet menjawab.
Keesokan harinya, Slamet pun pergi
kembali menjemur padi ditempat biasanya. Setelah padi diletakkan di atas tikar
jambuan, Ia pun pergi mengendap-endap bersembunyi diantara celah-celah pohon
keduduk. Setelah berapa lama menunggu, tiba-tiba tampak lah oleh nya burung
yang sangat cantik, bulunya sangat indah dan berwarna-warni , sedang memakan
padi-padi yang dijemur. Melihat hal itu, Slamet keluar dari persembunyiannya
dan mengendap-endap mendekati burung
itu. Ketika jaraknya tidak seberapa jauh lagi dengan burung itu, Slamet pun
menerkamnya. Namun, usahanya sia-sia karena burung itu sudah terbang lagi.
Dengan putus asa, Slamet pun pulang ke rumah nya.
Setibanya di rumah, Slamet pun menceritakan
kejadian yang ia alama kepada emaknya. ‘Slamet, seperti apakah bentuk burung
itu?’ kata emak Slamet bertanya. ‘burung itu cantik, ia memiliki bulu-bulu yang
sangat indaah dan berwarna-warni dan aku belum pernah melihat nya mak’, jelas
Slamet. ‘kalau begitu, besok buatlah
jerat yang agak jauh dari tempat jemuran padi itu, ikatlah jerat itu dengat
tali celana mukemudian jangan lupa diberi umpan’, kata emak menyarankan. ‘Baik
mak’, Slamet mengangguk.
Keesokan paginya Slamet kembali menjemur
padi dan tak lupa ia mengikat jeratnya agak jauh dekat jemuran. Setelah
semuanya selesai, iapun pulang ke rumah, sembari menunggu datangnya petang.
Saat petang tiba, ia pergi kembali
membangkit jemuran dan melihat jerat nya. Alangkah kecewanya Slamet, ketika ia
melihat tak satu ekorpun burung yang menyangkut din jerat nya. Dengan langkah
yang lemah, ia pulang kerumah.
Keesokan harinya, ia kembali mengikat
jeratnya dekat tempat jemuran padi itu. Namun usahanya sia-sia , tak satu pun
burung terpancing oleh jeratnya. Hal itu berlangsung hingga 7 hari
berturut-turut.
Pada hari ke-7, kembali Slamet melihat
jerat nya. Namun, juga sia-sia. Dengan sangat putus asa, Slamet bersandar dibatang pohon kayu yang rindang,
sembari melepas kantuk.
Sejenak ia melepas kantuk , tiba-tiba ia
dikejutkan oleh suara nyanyian yang sangat merdu dan nyaring. Mendengar nyayian
itu, ia pun menoleh kekiri dan kekanan dan tertumpulah pandangannya pada seekor
burung yang sangat caqntik, yang sedang bertengger di atas ranting pohon. Dari
situ Slamet tahu bahwa nyanyian merdu itu adalah burung yang bertengger di atas
ranting pohon tersebut.
Nama ambo siburung
pintau yo pintau
Slamet manahan joek
yo pintau
Ditahannyo di topi
jambuan yo pintau
Dibueknyo tali
salowau yo pintau
Ambo tak nondak talinyo
salowau yo pintau
Ambo nondak tali
sumpik boghe yo pintau
‘Astaghfirrullah hal azim...!’ Slamet
terkejut. Apa aku tidak salah dengar ?... burung itu bernyanyi !! sungguh
ajaib’, kata Slamet takjub. Ia pun bergegas pulang dan ia tidak sabar lagi menceritakannya
kepada emaknya.
Sesampainya di rumah, Slamet langsung
berteriak memanggil maknya dan menceritakan apa yang ia lihat dan dengarkan.
‘mak..emak!!’
kata Slamet berteriak.
‘iya..iya
kenapa pula kamu berteriakak memanggil emak!!’’ kata emaknya dengan nada
tinggi.
‘begini
mak, sewaktu aku hendak membangkit jerat, aku mendengar suara nyanyian !! kata
Slamet.
‘memangnya
siapa yang bernyanyi Slamet ?’ tanya emaknya.
‘burung
itu mak, burung yang hendak kita jerat
itu !!’ kata Slamet dengan nada tinggi. ‘dalam nyanyiannya, ia tak mau di jerat
diikat dengan tali celana mak...tapi ia ingin di jerat dengan tali sumpit
beras’, Slamet menjelaskan. Emaknya menjawab ‘kalau begitu besok pagi kau harus membuat jerat diikat dengan tali
sumpit beras !!’ kata emaknya.
‘baik mak’
jawab slamet.
Keesokan paginya, ia pun pergi menjemur
padi dengan membawa jerat dari tali sumpit beras setelah selesai memasang
jerat, ia pun pergi pulang. Saat petang tiba ia pun pergi kembali melihat
jerat. Alangkah bahagianya Slamet, ketika melihat burung yang cantik itu
tersangkut dengan jerat nya.
Dengan hati gembira, ia membawa burung itu
pulang. Ia pun membuat sangkar untuk burung yang cantik itu. Sangkarnya terbuat
dari lidi daun kelapa. Dan Slamet pun menggantungkan nya di bawah atap, di
teras rumah.
Selama 6 hari 6 malam, burung itu hanya
diam tanpa mengeluarkan suara bahkan ia tak pernah lagi bernyanyi. Sehingga
Slamet dan emaknya pun bingung. Namunpada hari ke-7 burung itu kembali
bernyanyi.
Pintau Slamet ola
mangono yo pintau
Dimasukkan dalam
sangkar lidi yo pintau
Ambo tak nondak
sangkar lidi yo pintau
Ambo nondak sangkar
bilah yo pintau
Mendengar hal itu Slamet dan emaknya
terkejut. Tapi Slamet mengerti apa maksud burung
Nyanyian
itu. Kemudian ia bergegas mencari bilah. Setelah ditemukan,ia langsung membuat
sangkar bilah untuk burung tersebut. Dan kembali menggantungkan sangkar bilah
itu di bawah atap, di teras rumah.
Setelah sangkar bilah itu dibuat
Slamet,burung itu pun tidak bernyanyi lagi. Hal itu berlangsung Selama 6 hari 6
malam. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola
mangono yo pintau
Dimasukkan dalam
sangkar bilah yo pintau
Ambo tak nondak
sangkar bilah yo pintau
Ambo nondak sangkar
kayu yo pintau
Mendengar hal itu, Slamet bergegas membuat
sangkar yang baru untuk burung ity yaitu sangkar yang terbuat dari kayu.
Setelah membuat sangkar dari kayu, kembali Slamet menggantungkannya di bawah
atap teras rumahnya.
Namun,
Selama 6 hari 6 malamkembali burung itu tidak bernyanyi. Dan pada hari ke-7
burung itu kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola
mangono yo pintau
Dimasukkan dalam
sangkar kayu yo pintau
Ambo tak nondak
sangkar kayu yo pintau
Ambo nondak sangkar
bosi yo pintau
Mendengar
hal ini Slamet bingung, ia tak tahu kemana ia akan mencari besi. Namun beberapa
saat kemudian, ia pun mendapat akal. Bergegaslah ia membuat sangkar dari kayu,
kemudian ia mengecat kayu tersebut dengat karat-karat yang ada di halaman rumah
nya.setelah selesai, ia kembali menggantung sangkar tersebut.
Hal yang sama terjadi selama 6 hari 6
malam burung itu tidak bernyanyi . Dan pada hari ke-7 burung itu kembali
bernyanyi.
Pintau Slamet ola
mangono yo pintau
Dimasukkan dalam
sangkar bosi yo pintau
Ambo tak nondak
sangkar bosi yo pintau
Ambo nondak sangkar suaso
yo pintau
Slamet pun berfikir, bagaimana cara
membuat sangkar dari suasa. Namun Slamet tidak kehabisan akal. Ia pun membuat
sangkar baru dari kayu, dan ia cat sangkar tersebut dengan tanah merah. Setelah
selesai, ia kembali Slamet menggantungkan nya.
Selama 6 hari 6 malam burung itu tidak
bernyanyi. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali bernyanyi.Singkat cerita
burung tersebut meminta agar sangkarnya dirubah menjadi sangkar perak. Slamet
pun bingung, namun ia tak kehabisan akal. Ia pun mengecat sangkar kayu dengan
tanah liat putih.
Hal yang sama terjadi lagi Selama 6
hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi. Dan pada hari ke-7 burung itu kembali
bernyanyi. Ia meminta sangkarnya dirubah menjadi sangkar emas. Slamet pun
bingung dan berkata dalam hati ‘bagaimana caranya saya mendapatkan emas,
padahal saya orang miskin’, namun sesuatu terlintas dalam fikirannya. Ia segera
membuat sangkar dari kayu lalu sangkar itu dicat dengan tanah liat warna kuning,
setelah ia selesai ia kembali menggantung nya.
Hal yang sama terjadi selama 6 hari 6
malam burung itu tidak bernyanyi . Dan pada hari ke-7 burung itu kembali
bernyanyi.
Pintau Slamet ola
mangono yo pintau
Ambo indak nondak
sangkar digantung
Di luar umah yo
pintau
Ambo nondak sangkar
di gantung
di tongah umah yo
pintau
mendengar
hal itu, Slamet segera memindahkan sangkar burung itu ke tengah rumah.
Setelah sangkar dipindah kan, selama
6 hari 6 malam burung itu tidak bernyanyi . Dan pada hari ke-7 burung itu
kembali bernyanyi.
Pintau Slamet ola
mangono yo pintau
Ambo indak nondak
sangkar digantung
Di tongah umah yo
pintau
Ambo nondak sangkar
di gantung
di dopan kalambu yo
pintau
setelah
mengetahui maksud burung itu,Slamet pun segera memindahkan sangkar di depan
kelambunya. Dan setelah itu burung itu tak pernah bernyanyi lagi.
Suatu pagi, ketika Slamet bangun tidur,
ia menuju ke dapur hendak minum karena terasa haus. Alangkah terkejutnya Slamet
ketika melihat makanan-makanan lezat yang tertata rapi di lantai. Slamet
berfikir, ‘Apakah emak yang memasak begitu banyak makanan ini?...aah... tidak
mungkin. Sedangkan emak masih tertidur, sebaik nya aku bangunkan emak’. Gumam
Slamet. Slamet pun membangun kan emaknya. ‘emak...apakah mak yang memasak
makanan yang begitu banyak dan lezat di dapur?’ kata Slamet.
‘tidak,......sedangkan emak baru bangun’, emak Slamet menjelaskan. Hal itu
berlangsung selama 7 hari
berturut-turut. Karena merasa penasaran Slamet berencana untuk mengintai siapa
yang memasak makan-makanan itu setiap subuh.
Pada hari ke-7, Slamet pun bangun lebihawal, ia bangun jam 3 subuh.
Namun, ia pura-pura tidur. Sejenak kemudian Slamet mendengar suara berisik,
lalu ia mengintai di balik selimut nya. Tampak oleh nya burung yang berada di
sangkar itu sudah kosong. Alangkah terkejutnya ia melihat seorang gadis yang
sangat cantik sedang memasak di dapur. Dengan
tergesaa-gesaKemudian ia mengendap-endap pergi ke kamar emak nya untuk
membangunkannya. Setelah membangunkan emaknya, Slamet segera menceritakan apa
yang ia lihat dan tentang sangkar burung yang kosong itu.Emak Slamet berkata
‘sebaiknya, segera lah kamu membakar 7 buah sangkar burung itu, supaya ia tidak
bisa kembali ke wujud nya menjadi burung’’ perintah emak Slamet. Ia pun segera
membakar ke-7 sangkar tersebut sampai menjadi abu.
Slamet pun bergegas pergi ke dapur dan mendapati gadis itu yang sedang
asyik-asyik memasak.’siapakah kau hei gadis cantik?’ tanya Slamet. Gadis itu
terkejut dan ketakutan.’tidak usah takut, aku tidak akan melukai mu, aku hanya
ingin tahu dari mana asal mu? ‘jelas Slamet.
‘Sebetulnya,
aku adalah seorang putri khayangan yang diutus oleh ayahandaku ke bumi untuk
mencari calon suami. Dan kau lah calon suami ku’, jelas gadis itu.Slamet
terkejut bercampur bahagia, karena akan mempunyai seorang istri yang sangat
cantik. ‘ siapakah nama mu gerangan?’tanya Slamet. ‘ nama ku Pintau Mayang
Terurai’, jawab gadis itu. ‘kalau begitu aku mau menikahi mu’, kata Slamet
tegas. ‘tapi, ada pantangannya. Kamu tidak boleh menyuruh ku menyanyikan nyanyian
yang pernah ku nyanyikan dulu’ jelasnya. Baiklah..aku mengerti’, jawab Slamet.
Akhirnya, Slamet menikah dengan Pintau
Mayang Terurai. Mereka hidup bahagia. Namun,pada saat kebahagiaan itu
berlangsung , emaknya Slamet meninggal karena sakit-sakitan.
Setelah beberapa lama menikah, Slamet
dan istrinya memperoleh anak laki-laki yang tampan dan sehat. Anak itu di beri
nama Si Lamat.
Suatu hari, Slamet sedang mengayunkan
buaian anak nya, sedangkan istrinya sedang menenun. Entah setan apa yang
memasuki Slamet, sehingga ia meminta istri nya untuk menyanyikan nyanyian yang
pernah ia nyanyikan dulu.
‘dinda...bolehkah
kanda meminta sesuatu dari dinda?’ tanya Slamet.
‘apakah
itu gerangan kanda?’jawabnya.
‘maukah
dinda bernyanyi lagi untuk ku?’ tanya Slamet.
‘tidak..!
tidak kanda !!’ itu tidak mungkin kanda !! itu sebuah pantangan dari ayah dinda
di khayangan’ jelasnya.
‘ah..
itukan hanya sebuah pantangan, aku hanya meminta mu bernyanyi sekali ini saja’.
Kata Slamet dengan nada memelas.
‘tidak kanda,
tidak... kalau dinda bernyanyi lagi, dinda akan pergi untuk selamanya’ jelas
nya dengan nada sedih. Namun tidak Slamet tidak menghiraukan nya,ia terus
memaksa istrinya.Sambil menangis istrinya berkata,’baiklah kanda jika itu yang
kanda inginkan. Tolong jaga dan pelihara anak kita, jika aku tidak ada lagi di
sisi mu’ jelas nya. Tapi Slamet tidak menghiraukan nya. Sambil menangis ia pun
mencium anak nya di dalam buaian dengan sepuas hati, lalu ia mulai bernyanyi.
Bait demi bait ia bernyanyi, tubuh
istrinya semakin memendek, sedangkan Slamet terlena dengan nyanyian itu,
sehingga ia pun tertidur. Istrinya teru bernyanyi sambil menangis menatap
anaknya, hingga sampai pada bait terakhir. Ia kembali berubah menjadi burung
dan terbang keluar rumah.
Mendengar nyanyian terhenti. Slamet
terbangun. Didapatnya istrinya sudah tidak ada lagi di samping nya. Slamet pergi ke luar rumah , namun yang
terlihat hanya seekor burung bertengger di atas pohon. Tahulah ia itu istrinya.
‘dinda....maafkan kanda...,kanda telah melanggar pantangan itu’, kata Slamet
tersedu. ‘sudah terlambat kanda...dinda harus pergi, jagalah anak kita sampai
dewasa’ jelasnya.
‘tidak..... dinda.... jangan pergi’,
teriak Slamet menyesal. Burung itu pun terbang dari pohon satu ke pohon lain.
Namun Slamet tetap mengikutinya. ‘pulanglah kanda... jangan ikuti dinda !!
peliharalah anak kita’. Katanya sambil terbang dari satu pohon ke pohon lain.
Slamet tidak menghiraukan kata-kata istrinya. Ia terus mengejar hingga jauh
dari rumah, memasuki hutan. ;dinda.. jangan pergi !! tunggu aku.. maaf kan
aku’, tangis Slamet. Pulang lah kanda.. jangan kejar dinda, anak kita
menunggumu di rumah. Peliharalah anak kita kanda !’ jawabnya.
Seketika itu juga, Slamet ingat akan
naknya. Ia bergegas pulang kerumahnya. Dan setibanya di rumah, ia mengambil
anaknya dari buaian lalu di gendong nya anaknya di pundaknya dengan kain
panjang. Kemudian ia kembali mengejar istrinya.
‘dinda, tunggu kanda.. kanda akan pergi
bersamamu dinda...’ ratap Slamet sambil menggendong anaknya. ‘anak ku..kita akan mengejar emak mu. Supaya
ia mau pulang kembali pada kita’, kata Slamet pada anaknya.
‘pulanglah
kanda...jangan kejar dinda, semuanya sudah terlambat. Peliharalah anak kita,
bawa dia pulang ke rumah’ kata istrinya.
‘tidak
dinda...tidak.. aku dan anak kita akan terus mengikutimu’ jawab Slamet. Namun
burung itu terus masuk ke hutan. Tanpa Slamet sadari anak yang ia gendong telah
meninggal di pundaknya. Selama seminggu-minggu hingga berbulan-bulan, ia terus
mengikuti istrinya terbang.
‘dinda....pulanglah dinda, bersama kami.
Kami merindukan mu’ kata Slamet dengan langkah lemah tak berdaya.
‘tidak
kanda....pulanglah, anak kita sudah meninggal di pundak mu’ jawabnya sambil
menangis.
Mendengar
itu, seketika Slamet roboh. Ia jatuh dan tiada lagi bernyawa lagi.
Pintau Mayang Terurai menangis, ia
kembali ke khayangan. Di khayangan ia meminta ayahandanya untuk membawa mayat
anak dan suaminya ke khayangan untuk dihidupkan kembali. Meliha kondisi
putrinya yang selalu menangis disiang dan malam tiada henti, ia pun mengabulkan
permintaan putrinya. Ia memerintahkan para hulu balang untuk mengangkat mayat
cucu dan menantunya ke khayangan.
Di khayangan mereka hidup kembali dan
hidup bahagia.
0 komentar:
Posting Komentar