Peringatan Hari Sumpah Pemuda (HSP) ke-79 telah dilaksanakan serempak pada tanggal 28 Oktober 2007 yang lalu. Gema Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 silam, seolah masih bergema hingga kini. Setiap kali kita mengingat peristiwa Sumpah Pemuda, setiap kali itu pula kita menyadari betapa berharganya nilai persatuan dan kesatuan.
Demi menyegarkan kembali ingatan kita tentang Sumpah Pemuda, baiklah kita simak ulang isi sumpah suci itu:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia;
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia;
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Demi menyegarkan kembali ingatan kita tentang Sumpah Pemuda, baiklah kita simak ulang isi sumpah suci itu:
1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia;
2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia;
3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Peringatan Hari Sumpah Pemuda tahun 2007 ini mengusung tema “Meningkatkan Solidaritas, Integritas, dan Profesionalitas Pemuda Menuju Bangsa yang Sejahtera dan Bermartabat��?. Tema ini diharapkan mampu membangkitkan kesadaran segenap pemuda Indonesia dalam meningkatkan semangat kebangsaan serta mengantisipasi masih lemahnya daya saing pemuda Indonesia. Tema ini diharapkan pula dapat menginspirasi pemuda dalam melakoni pengabdiannya terhadap bangsa dan negara.
Mengacu pada tema tersebut, disadari sungguh bahwa tantangan kehidupan kebangsaan kita hari-hari ini memerlukan tampilnya para pemuda yang kuat semangat solidaritasnya, teguh integritasnya, serta profesional dalam bidang pengabdiannya. Solidaritas pada dasarnya mengandung nilai empati sosial yakni kemampuan merasakan penderitaan sesama dan kesadaran untuk berbagi rasa dengan orang lain. Integritas ditandai dengan adanya keteguhan akhlak, moralitas, sikap berani, dan bertanggung jawab.
Sedangkan profesionalitas mengandaikan adanya etos kerja, kemanapuan inovasi, produktivitas, dan kemampuan berdaya saing. Ketiga pilar inilah; solidaritas, integritas, dan profesionalitas, yang perlu kita kembangkan sebagai modal terbesar bagi pemuda dalana mengokohkan nasionalisme dan memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation and character building), demi menuju masa depan bangsa yang lebih sejahtera dan bermartabat.
Tentu saja kita semua berkeyakinan bahwa para pemuda akan mampu mentransfer semangat Sumpah Pemuda 1928 dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan bangsa di era kekinian. Dengan begitu, peringatan Hari Sumpah Pemuda yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun, tetap memiliki relevansi historis dari waktu ke waktu. Salah satu wujud semangat Sumpah Pemuda di era kekinian adalah dengan memunculkan kesadaran bahwa kemajuan bangsa yang berkeadilan sosial dan bermartabat, akan lebih cepat tercapai apabila bangsa Indonesia tetap mempertahankan rasa persatuan dan kesatuan. Menyadari itu semua, sudah sepatutnya para pemuda memiliki kesadaran posisi untuk terus mengasah jiwa kepeloporannya dalam memperbaiki kualitas kehidupan bangsa kita.
Mengacu pada tema tersebut, disadari sungguh bahwa tantangan kehidupan kebangsaan kita hari-hari ini memerlukan tampilnya para pemuda yang kuat semangat solidaritasnya, teguh integritasnya, serta profesional dalam bidang pengabdiannya. Solidaritas pada dasarnya mengandung nilai empati sosial yakni kemampuan merasakan penderitaan sesama dan kesadaran untuk berbagi rasa dengan orang lain. Integritas ditandai dengan adanya keteguhan akhlak, moralitas, sikap berani, dan bertanggung jawab.
Sedangkan profesionalitas mengandaikan adanya etos kerja, kemanapuan inovasi, produktivitas, dan kemampuan berdaya saing. Ketiga pilar inilah; solidaritas, integritas, dan profesionalitas, yang perlu kita kembangkan sebagai modal terbesar bagi pemuda dalana mengokohkan nasionalisme dan memperkuat pembentukan karakter bangsa (nation and character building), demi menuju masa depan bangsa yang lebih sejahtera dan bermartabat.
Tentu saja kita semua berkeyakinan bahwa para pemuda akan mampu mentransfer semangat Sumpah Pemuda 1928 dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan bangsa di era kekinian. Dengan begitu, peringatan Hari Sumpah Pemuda yang dilaksanakan secara rutin setiap tahun, tetap memiliki relevansi historis dari waktu ke waktu. Salah satu wujud semangat Sumpah Pemuda di era kekinian adalah dengan memunculkan kesadaran bahwa kemajuan bangsa yang berkeadilan sosial dan bermartabat, akan lebih cepat tercapai apabila bangsa Indonesia tetap mempertahankan rasa persatuan dan kesatuan. Menyadari itu semua, sudah sepatutnya para pemuda memiliki kesadaran posisi untuk terus mengasah jiwa kepeloporannya dalam memperbaiki kualitas kehidupan bangsa kita.
Rumah Besar NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ibaratnya adalah sebuah rumah besar yang terdiri dari berbagai kamar-kamar. Ada kamar partai, ada kamar propinsi, ada kamar etnik, dan beragam kamar kepentingan lainnya. Akan tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara, maka kita semua sebagai anak bangsa harus keluar dari kamar-kamar tersebut dan menyatu di dalam kamar keluarga atau kamar tamu yang besar, dengan menghilangkan sekat-sekat primordialisme yang melekat pada diri atau kelompok masing-masing. Menyadari kondisi bangsa yang sarat dengan kemajemukan, maka generasi muda harus mampu mengasah semangat kebangsaannya demi menegakkan eksistensi rumah besar NKRI.
Menyimak sejarah perjuangan Para Pendiri Bangsa (the founding fathers) dalam melahirkan NKRI, maka saya sungguh berharap bahwa generasi muda mampu mentransfer semangat kebangsaan yang telah ditunjukkan oleh the founding fathers. Dengan demikian, saya sangat yakin bahwa kelak dari antara para pemuda, pasti muncul pemimpin-pemimpin bangsa yang memiliki kesadaran sejarah yang tinggi sekaligus memahami karakteristik bangsa Indonesia yang majemuk.
Kita tidak boleh melupakan sejarah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah; Jasmerah! Bung Kamo pernah mengatakan bahwa orang yang melupakan sejarah akan menjadi bayi seumur hidup. Oleh karena itu nilai-nilai sejarah dan semangat persatuan dan kesatuan sebagaimana yang terkandung dalam Sumpah Pemuda kiranya dapat diresapi, demi mengembangkan watak nasionalis-religius, menjaga eksistensi NKRI yang berdasarkan Pancasila dan DUD 1945 yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Kita memiliki paham kebangsaan (nasionalisme) yang telah teruji oleh sejarah. Sebagai bangsa, kita telah mampu mengarungi gelombang sejarah dengan bangkit berjuang memerdekakan diri dari cengkeraman kolonia1isme. Hari-hari ini, menghadapi kolonialisme bentuk baru (neo-kolonialisme) yang berbaju modernisasi/westernisasi, atau globalisasi, sudah semestinya kita pun mampu mengatasinya dengan berpegang teguh pada paham kebangsaan Indonesia.
Untuk itu, sebaiknya para pemuda mulai mengembangkan nasionalisme populer yang bertumbuh dari bawah ke atas, tanpa harus menunggu petunjuk dari atas. Nasionalisme yang muncul dari atas biasanya bersifat elitis dan acapkali bermuatan kepentingan politik jangka pendek. Namun, nasionalisme populer yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sebagai warga bangsa akan lebih bisa bertahan lama. Dengan berkaca pada perjuangan para pemuda yang sarat dengan idealisme kebangsaan di era 1908, 1928, 1945, 1966, dan 1998, maka saya sangat berharap agar para pemuda di seluruh penjuru tanah air mampu mentransfer idealisme, semangat juang, dan patriotisme Para Pendiri Bangsa demi menjaga martabat bangsa.
Di tengah situasi euforia reformasi yang masih terasa sekarang ini, saya berharap agar para pemuda mampu keluar dari penjara penyakit transisi demokrasi (the pain of democratic transition), di mana orang cenderung menggunakan kebebasan secara tanpa batas. Para pemuda hendaknya memupuk jiwa kepeloporan, daya intelektualitas, dan potensi profesionalitasnya agar terbangun iklim kondusif sebagai modal utama dalam menghidupkan sendi-sendi perekonomian bangsa menuju tatanan masyarakat dan masa depan bangsa yang lebih berpengharapan, lebih sejahtera, dan lebih bermartabat. Pemuda maju, Indonesia jaya!
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ibaratnya adalah sebuah rumah besar yang terdiri dari berbagai kamar-kamar. Ada kamar partai, ada kamar propinsi, ada kamar etnik, dan beragam kamar kepentingan lainnya. Akan tetapi, demi kepentingan bangsa dan negara, maka kita semua sebagai anak bangsa harus keluar dari kamar-kamar tersebut dan menyatu di dalam kamar keluarga atau kamar tamu yang besar, dengan menghilangkan sekat-sekat primordialisme yang melekat pada diri atau kelompok masing-masing. Menyadari kondisi bangsa yang sarat dengan kemajemukan, maka generasi muda harus mampu mengasah semangat kebangsaannya demi menegakkan eksistensi rumah besar NKRI.
Menyimak sejarah perjuangan Para Pendiri Bangsa (the founding fathers) dalam melahirkan NKRI, maka saya sungguh berharap bahwa generasi muda mampu mentransfer semangat kebangsaan yang telah ditunjukkan oleh the founding fathers. Dengan demikian, saya sangat yakin bahwa kelak dari antara para pemuda, pasti muncul pemimpin-pemimpin bangsa yang memiliki kesadaran sejarah yang tinggi sekaligus memahami karakteristik bangsa Indonesia yang majemuk.
Kita tidak boleh melupakan sejarah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah; Jasmerah! Bung Kamo pernah mengatakan bahwa orang yang melupakan sejarah akan menjadi bayi seumur hidup. Oleh karena itu nilai-nilai sejarah dan semangat persatuan dan kesatuan sebagaimana yang terkandung dalam Sumpah Pemuda kiranya dapat diresapi, demi mengembangkan watak nasionalis-religius, menjaga eksistensi NKRI yang berdasarkan Pancasila dan DUD 1945 yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Kita memiliki paham kebangsaan (nasionalisme) yang telah teruji oleh sejarah. Sebagai bangsa, kita telah mampu mengarungi gelombang sejarah dengan bangkit berjuang memerdekakan diri dari cengkeraman kolonia1isme. Hari-hari ini, menghadapi kolonialisme bentuk baru (neo-kolonialisme) yang berbaju modernisasi/westernisasi, atau globalisasi, sudah semestinya kita pun mampu mengatasinya dengan berpegang teguh pada paham kebangsaan Indonesia.
Untuk itu, sebaiknya para pemuda mulai mengembangkan nasionalisme populer yang bertumbuh dari bawah ke atas, tanpa harus menunggu petunjuk dari atas. Nasionalisme yang muncul dari atas biasanya bersifat elitis dan acapkali bermuatan kepentingan politik jangka pendek. Namun, nasionalisme populer yang tumbuh dari kesadaran masyarakat sebagai warga bangsa akan lebih bisa bertahan lama. Dengan berkaca pada perjuangan para pemuda yang sarat dengan idealisme kebangsaan di era 1908, 1928, 1945, 1966, dan 1998, maka saya sangat berharap agar para pemuda di seluruh penjuru tanah air mampu mentransfer idealisme, semangat juang, dan patriotisme Para Pendiri Bangsa demi menjaga martabat bangsa.
Di tengah situasi euforia reformasi yang masih terasa sekarang ini, saya berharap agar para pemuda mampu keluar dari penjara penyakit transisi demokrasi (the pain of democratic transition), di mana orang cenderung menggunakan kebebasan secara tanpa batas. Para pemuda hendaknya memupuk jiwa kepeloporan, daya intelektualitas, dan potensi profesionalitasnya agar terbangun iklim kondusif sebagai modal utama dalam menghidupkan sendi-sendi perekonomian bangsa menuju tatanan masyarakat dan masa depan bangsa yang lebih berpengharapan, lebih sejahtera, dan lebih bermartabat. Pemuda maju, Indonesia jaya!
0 komentar:
Posting Komentar