Allah Bersama Orang yang Sabar

On Jumat, 30 September 2011 1 komentar


Allah Bersama Orang yang Sabar

Sesungguhnya Allah itu bersama dengan orang-orang yang sabar.” Kata-kata itu dulu jadi kerap saya dengar dari Etty, sahabat saya semasa berkuliah dan kos di Malang dalam bentuk ucapan bahasa Arabnya. Dalam ketidaksabarannya menghadapi sesuatu, kerap, Etty menahan rasa emosinya dengan mengucapkan kata-kata tersebut dan berupaya untuk tersenyum sembari menghela nafas.
Di kemudian hari, masih di Malang, saya yang awalnya hanya gemar membaca Al Quran tanpa tahu artinya, baru tahu jika kata-kata dalam bahasa Arab yang sering diucapkan Etty itu adalah bagian dari ayat Al Quran. Hehe… payah yah?!
Namun bagi saya sebelumnya, kata-kata tersebut hanya saya maknai sebagai arti bahwa Allah itu akan membantu orang-orang yang sedang berkondisi sabar. Paling tidak, kita melatihnya ketika melakukan shalat, puasa, atau ketika menghadapi orang yang sedang emosi. Pikir saya kala itu, jika kita sedang menghadapi suatu kesulitan, maka sebaiknya kita banyak melakukan shalat dan puasa. Maka, dari situlah Allah akan membantu kita.
Tapi itu pengertian yang saya pahami sebelum saya mendengar penjelasan dari Ustadz Abu Sangkan dalam acara Ensiklopedia Islam di Metro TV. Dalam acara yang selalu paling saya sukai setiap kali bulan Ramadan tiba, Ust Abu membuka pikiran saya dengan sebuah penjelasan nalar yang cukup membuat saya terpukau. Ia bisa menerangkan tentang sabar dalam sudut pandang energi dari ilmu tai chi milik Tionghoa.
Menurutnya, seseorang yang berada dalam kondisi sabar itu seperti laiknya seseorang yang sedang dalam kondisi kosong. Namun meski kosong yang terlihat, sesungguhnya kondisi sabar itu bisa membuat seseorang mengisi penuh energinya sehingga ia mampu memiliki kekuatan.
Misalnya saja ketika kita sedang menghadapi seseorang yang sedang emosi, sesungguhnya orang tersebut justru tidak sedang dalam kondisi berenergi. Yang ada, energi yang dimiliki oleh seseorang yang sedang emosi tersebut justru bisa terserap oleh orang di hadapannya yang sedang dalam kondisi diam, alias sabar.
Karena itulah seseorang yang usai menangis atau marah, pasti sesudahnya akan merasa lemas. Dalam Al Quran sendiri (yang maaf saya lupa surat dan ayatnya), disebutkan bahwasanya seseorang yang usai bersedih atau menangis, akan diberikan Allah rasa kantuk pada tubuhnya. Subhanallah, dari penjelasan Ust Abu, saya jadi paham makna dari surat tersebut!
Hubungan sabar dengan shalat juga hampir mirip dengan penalaran hubungan seseorang yang sabar ketika menghadapi seseorang yang sedang emosional. Seseorang yang sedang sabar dalam melakukan shalat, sesungguhnya ia sedang mengondisikan dirinya dalam keadaan yang nyaman. Baik itu dalam otak atau pikiran, maupun dalam gerak tubuhnya.
Kondisi otak dan tubuh yang seperti itu ternyata menurut Ust Abu, mampu membuat seseorang bahkan memiliki peningkatan antibodi dalam tubuhnya. Karena, otak akan dengan sendirinya memerintahkan pada tubuh untuk mengeluarkan zat kekebalan tubuh ketika seseorang berada dalam kondisi tersebut. Itu bahkan artinya, mampu membuat seseorang menyingkirkan sendiri penyakit-penyakit yang ada pada tubuhnya.
Penjelasan itulah yang membuat saya makin paham dan yakin akan khasiat shalat tahajud. Pernah saya dengar, jika kita memiliki penyakit kanker misalnya, bisa sembuh dengan sendiri melalui shalat tahajud yang dilakukan secara rutin.
Hilangnya penyakit itu memang tak lain dari izin Allah yang berasal dari doa-doa yang kita panjatkan kepada-Nya demi kesembuhan yang kita pinta. Namun jika melihat penjelasan akan efek shalat pada antibodi, sesungguhnya sistem kerja itulah yang sedang berproses pada diri kita.
Bagaimana cara shalat dengan sabar? Ust Abu pun memberikan tipsnya. Caranya, tak lain adalah dengan menikmati. Bahkan, Ust Abu pun justru tidak memberikan tips untuk berkonsentrasi lho ketika shalat!
Yang ada, Ust Abu justru menyarankan kita untuk sadar ketika shalat dan berpikir bahwasanya apa yang sedang kita ucapkan itu sesungguhnya memang ucapan yang sedang kita bicarakan kepada Allah yang berada di hadapan kita ketika kita sedang shalat. Cara sadar seperti itulah yang justru membuat kita bisa menikmati ritualitas shalat.

1 komentar:

Ika Maya Susanti

Asem, tulisanku dicopas seenaknya!

Posting Komentar