Memberi Batas
Awalnya saya berniat menulis sebuah seri tulisan introspeksi untuk 2008, tapi niat tinggal niat, harapan tinggal harapan . Kesibukan kerja menjelang akhir tahun membuat saya justru tidak sempat menulis posting blog sebijipun
Meski masih banyak hal yang harus dikerjakan, saya mencoba untuk menuliskan minimal satu artikel sebelum tahun 2008. Paling tidak, ini bisa menjadi bacaan buat saya pribadi...
Mengapa judulnya "Memberi Batas" ? Ini sebenarnya erat terkait dengan cara pandang seseorang dalam menyikapi hidup dan dalam mengatur kehidupannya. Berapa banyak orang yang berat menjalani hari-harinya hanya karena dia tidak memberi batas. Berapa banyak orang yang bertahun-tahun hidup dalam dilema karena tidak memberi batas. Menyesal berkepanjangan karena tidak memberi batas. Menunggu tanpa kepastian karena tidak memberi batas. Tersiksa dan menjadi korban karena tidak memberi batas.
Jika hidup kita ini milik kita, lantas mengapa kita membiarkan diri kita disandera oleh keadaan dan oleh situasi yang secara tak sengaja kita ciptakan sendiri ?
Jika anda anda korban kekerasan dalam rumah tangga, baik anda sebagai wanita korban ataupun laki-laki korban (ada juga lho. Jangan anggap semua korban KDRT itu hanya wanita), mengapa anda tidak memberi batas toleransi yang dapat diterima untuk kemudian anda berkata tidak ? Apakah terlalu takut untuk memberi batas ? Apakah terlalu takut sengsara dalam hidup lantas membiarkan diri disengsarakan tanpa batas ? Saya membenci pelaku KDRT tapi saya juga sebal pada korban yang tidak memberi batas toleransi perlakuan yang bisa diterima. Jika sering kena tampar, beri batasan berapa kali ditampar untuk kemudian memutuskan untuk melawan. Jangan menunggu dibunuh atau disiksa sehingga merana seumur hidup untuk kemudian menyesal sendiri atau disesali banyak orang.
Tags: Artikel
0 komentar:
Posting Komentar