Untuk memperoleh ilmu yang sinar cahaya mampu menerangi hati dan meluas dalam dada seseorang harus mampu membersihkan dan membeningkan hatinya terlebih dahulu. Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan duniawi dan tidak pernah digunakan untuk menzalimi sesama dan untuk itu bebaskanlah ia dari semua ini.
Sebab jika tidak hati akan tetap kotor dan tak mampu menyerap ilmu yang bermanfaat dan mudah lupa. Imam Syafi'i sendiri yang kita kenal sebagai ahli fiqh tersohor di dunia pernah mengeluh dengan gurunya, imam Waki'. Ia berkata : Wahai guru kenapa hafalanku jelek, setiap kali aku mengkaji ilmu susah sekali memahaminya dan bahkan jika dapat mudah lupa. Maka imam Waki' berkata: Ilmu itu adalah cahaya Allah, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan pada ahli maksiat, atau dengan kata lain cahaya itu hanya mampu menerangi gelas yang bersih dan bening dan ia tidak akan mampu menerangi hati yang penuh kotoran, maksiat dan keruh.
Oleh karena itu hindarilah maksiat dan kemudian istilah hati dengan sifat-sifat yang terpuji dan dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga ia memiliki cahaya sempurna yang mampu menerangi jiwa pemiliknya dan masyarakat pada umumnya.
Salah satu sifat yang mampu membuat hati bercahaya dan tidak kotor adalah senantiasa bergaul (dekat, ingat dan senantiasa merasakan kehadiran Allah) dan dialog dengan Allah SWT. Hati yang seperti ini tidak akan pernah merasakan galau dalam kehidupan dunia ini adan inilah yang difirmankan oleh-Nya; "Ketahuilah dengan mengingat Allah sajalah hati menjadi tenang dan tentram". (QS. 8 al-Anfal: 2) dan La Khaufun alaihim wa lahum yahzanun (mereka tidak merasa takut dan tidak pula galau dan gundah gulana).
Kemudian selanjutnya seseorang harus berupaya agar dicintai-Nya dan salah satu sifat yang dapat menyampaikan kita untuk maqam cinta adalah sifat zuhud. Zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal, tetapi zuhud adalah di mana orientasi hidup tidak diarahkan untuk kepentingan yang sejenak dan sementara (duniawiyah) tetapi hanya Allah, hati tidak terikat dan dikuasa harta benda dunia melainkan penuh dengan cahaya-Nya dan kebesaran-Nya sehingga jika ia berharta, hartanya hanya untuk kebaikan dan mencari ridha-Nya, jika ia punya jabatan, jabatannya untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan seterusnya.
Ibnu Atha'illah berkata: ada kalanya nur itu singgah di hatimu, namun karena engkau masih cinta dunia maka iapun kembali lagi ke tempat semula. Untuk itu kesongkanlah hati dari mencintai harta benda dunia dan dari selain Allah sehingga ia memenuhi hatimu dengan ma'rifat pada-Nya dan diungkapkan-Nyalah rahasia-rahasia.
Subhanallah, sungguh setiap orang yang hatinya dipenuhi dengan cahaya Allah akan terasalah nikmat dan kelezatan hidup yang luar biasa. Allah berfirman: ....cahaya di atas cahaya, Allah membimbing siapa saja yang dikehendaki-Nya pada cahaya-Nya (QS. 24 an-Nur: 35).
Sebab jika tidak hati akan tetap kotor dan tak mampu menyerap ilmu yang bermanfaat dan mudah lupa. Imam Syafi'i sendiri yang kita kenal sebagai ahli fiqh tersohor di dunia pernah mengeluh dengan gurunya, imam Waki'. Ia berkata : Wahai guru kenapa hafalanku jelek, setiap kali aku mengkaji ilmu susah sekali memahaminya dan bahkan jika dapat mudah lupa. Maka imam Waki' berkata: Ilmu itu adalah cahaya Allah, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan pada ahli maksiat, atau dengan kata lain cahaya itu hanya mampu menerangi gelas yang bersih dan bening dan ia tidak akan mampu menerangi hati yang penuh kotoran, maksiat dan keruh.
Oleh karena itu hindarilah maksiat dan kemudian istilah hati dengan sifat-sifat yang terpuji dan dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat sehingga ia memiliki cahaya sempurna yang mampu menerangi jiwa pemiliknya dan masyarakat pada umumnya.
Salah satu sifat yang mampu membuat hati bercahaya dan tidak kotor adalah senantiasa bergaul (dekat, ingat dan senantiasa merasakan kehadiran Allah) dan dialog dengan Allah SWT. Hati yang seperti ini tidak akan pernah merasakan galau dalam kehidupan dunia ini adan inilah yang difirmankan oleh-Nya; "Ketahuilah dengan mengingat Allah sajalah hati menjadi tenang dan tentram". (QS. 8 al-Anfal: 2) dan La Khaufun alaihim wa lahum yahzanun (mereka tidak merasa takut dan tidak pula galau dan gundah gulana).
Kemudian selanjutnya seseorang harus berupaya agar dicintai-Nya dan salah satu sifat yang dapat menyampaikan kita untuk maqam cinta adalah sifat zuhud. Zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal, tetapi zuhud adalah di mana orientasi hidup tidak diarahkan untuk kepentingan yang sejenak dan sementara (duniawiyah) tetapi hanya Allah, hati tidak terikat dan dikuasa harta benda dunia melainkan penuh dengan cahaya-Nya dan kebesaran-Nya sehingga jika ia berharta, hartanya hanya untuk kebaikan dan mencari ridha-Nya, jika ia punya jabatan, jabatannya untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan seterusnya.
Ibnu Atha'illah berkata: ada kalanya nur itu singgah di hatimu, namun karena engkau masih cinta dunia maka iapun kembali lagi ke tempat semula. Untuk itu kesongkanlah hati dari mencintai harta benda dunia dan dari selain Allah sehingga ia memenuhi hatimu dengan ma'rifat pada-Nya dan diungkapkan-Nyalah rahasia-rahasia.
Subhanallah, sungguh setiap orang yang hatinya dipenuhi dengan cahaya Allah akan terasalah nikmat dan kelezatan hidup yang luar biasa. Allah berfirman: ....cahaya di atas cahaya, Allah membimbing siapa saja yang dikehendaki-Nya pada cahaya-Nya (QS. 24 an-Nur: 35).
0 komentar:
Posting Komentar