APA SAJA ASPEK PENILAIAN STORYTELLING?
Dalam
lomba – lomba storytelling ada
beberapa aspek yang menjadi penilaian. Aspek – aspek apa saja yang menjadi
penilaian dalam bercerita? Khususnya cerita bahasa Inggris? Dalam ajang lomba bercerita bahasa Inggris
atau Storytelling, ada beberapa aspek
yang menjadi penilaian. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah :
1.
Pronunciations
Pronunciation dapat diterjemahkan ke bahasa Indonesia
sebagai lafaz atau pengucapan. Jadi pronunciation
itu adalah cara mengucapkan kata dalam bahasa Inggris. Pronunciation sangat penting
karena salah melafazkan atau mengucapkan sebuah kata maka akan mengubah arti
kata tersebut dan akhirnya akan menghambat komunikasi. Agar pronunciation
bagus maka yang perlu dilakukan adalah sering mendengarkan orang berbahasa
Inggris dan berlatih mengucapkannya. Dengan mengucapkan kata-kata bahasa
Inggris tersebut akan melatih alat artikulasi sehingga terbiasa dengan bahasa
Ingris. Oleh sebab itu ucapkanlah kata bahasa Inggris itu dengan lantang. Pronounciation yang bagus dalam
bercerita tentu akan memberi nilai plus dalam ajang lomba storytelling.
Menyampaikan cerita dengan artikulasi yang jelas, ketepatan pemenggalan kata
atau kalimat, membuat cerita yang disampaikan hidup dan mampu memukau audiens
2.
Grammar
Grammar adalah aturan terstruktur yang mengatur susunan kata,
frasa dan kalimat. Jadi dapat dikatakan bahwa grammar adalah tata bahasa yang mengatur kaidah dan aturan dalam berbahasa terutama
dalam aspek menulis. Grammar akan
terlihat benar dan salah dengan jelas ketika kalimat, frasa, dan kata tersebut dituliskan. Menyampaikan cerita
dengan tata bahasa, pemilihan kosa kata yang tepat dan ungkapan yang benar
tentu akan menambah keindahan dalam bercerita
3.
Intonation
Menurut
Wikipedia, Intonasi yaitu tinggi rendahnya
suatu nada pada kalimat, yang memberikan penekanan dalam kata-kata tertentu di
suatu kalimat. Jadi dapat dikatakan bahwa intonasi merupakan irama ketika
berbicara, penekanan tinggi rendahnya suara ketika berbicara yang bertujuan
untuk memudahkan seseorang memahami apa yang kita sampaikan. Tekanan serta
volume suara yang sesuai akan membuat cerita hidup dan dinikmati oleh
pendengarnya. Intonasi saat marah akan sangat berbeda dengan nada suara saat
bahagia. Cepat lambat berbicara juga merupakan intonasi yang akan membuat
cerita yang disampaikan memukau dan dan mampu menghinoptis audiensnya
4.
Facial Expression dan
Body Language
Facial
expression adalah mimik wajah sedangkan body language adalah gerak tubuh. Menggunakan
mimik wajah dan gerak tubuh yang tepat dapat mendukung dan mencerminkan nilai
serta karakter tema cerita. Menyampaikan cerita secara komunikatif dengan
menghadap langsung ke penonton, dengan cara duduk atau berdiri merupakan nilai
tersendiri dalam bercerita. Gaya bercerita akan berbeda antara satu orang
dengan orang lainnya. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga, jam
terbang dan bakat seseorang dalam bercerita.
Gaya bercerita ini bukanlah bakat alam begitu saja tetapi bisa diasah
dan dilatih secara terus menerus sehingga akan mendapatkan gaya khas tersendiri
dan melekat pada orang tersebut.
5.
Content
Content merupakan isi cerita. Isi cerita seharusnya sesuai
dengan tema yang sedang dibicarakan. Dalam lomba storytelling biasanya penyelenggara akan memberikan tema cerita
bahkan sudah disiapkan judul – judul cerita yang akan dibawakan. Jangan sampai
ketika dalam lomba storytelling
cerita yang disampaikan tidak sesuai dengan tema atau bahkan tidak sesuai
dengan daerah yang dipersyaratkan. Contohnya cerita yang disampaikan cerita lokal
atau berasal dari dalam negeri. Tentu saja Cinderela,
Rapunzel dan Snow White tidak bisa menjadi pilihan cerita.
6.
Fluency
Fluency dalam bahasa Indonesia adalah kelancaran dalam
membawakan cerita. Peguasaan terhadap materi cerita akan memberi pengaruh besar
terhadap kelancaran menyampaikan cerita. Apalagi menggunakan teknik hapalan, cerita
yang disampaikan dengan teknik hapalan akan terasa datar dan tidak menarik.
Begitu juga menyampaikan cerita terbata–bata tentu akan berpengaruh besar
terhadap penilaian nantinya. Kelancaran yang dimaksud disini bukanlah
membawakan cerita tanpa henti sehingga mengenyampingkan intonasi, penekanan dan
gaya bercerita.
7.
Creativity
Kreativitas
dalam menyampaikan cerita seperti memodifikasi atau menyesuaikan sudut pandang
pencerita, mengembangkan isi cerita untuk menanamkan nilai yang diusung dan
dapat menafsirkan isi cerita dengan cara menemukan nilai moral atau pesan yang
tidak mainstream atau yang umum dalam
cerita. Selanjutnya kreativitas dalam storytelling
adalah menggunakan pakaian, gerakan dan alat bantu yang mendukung
ketercapaian penyampaian cerita. Pakaian yang digunakan harus sesuai dengan
cerita yang disampaikan. Begitu juga alat bantu. Alat bantu yang digunakan juga
harus ada dalam cerita. Jangan sampai pakaian tidak mendukung isi cerita dan
alat bantu diluar konteks cerita.
8. Waktu
Dalam
lomba storytelling waktu atau durasi
bercerita selalu dibatasi. Pemanfaatan waktu yang efisien juga menjadi aspek
penilaian dalam lomba bercerita. Waktu yang diberikanpun bervariasi berdasarkan
ketentuan yang diberikan oleh penyelenggara lomba. Biasanya waktu yang
diberikan berkisar 15 sampai 20 menit.
0 komentar:
Posting Komentar