APA SAJA ASPEK PENILAIAN STORYTELLING?

On Jumat, 04 Februari 2022 0 komentar

 


APA SAJA ASPEK PENILAIAN STORYTELLING?

 

Dalam lomba – lomba storytelling ada beberapa aspek yang menjadi penilaian. Aspek – aspek apa saja yang menjadi penilaian dalam bercerita? Khususnya cerita bahasa Inggris?  Dalam ajang lomba bercerita bahasa Inggris atau Storytelling, ada beberapa aspek yang menjadi penilaian. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah :

 

1.   Pronunciations

Pronunciation dapat diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai lafaz atau pengucapan. Jadi pronunciation itu adalah cara mengucapkan kata dalam bahasa Inggris. Pronunciation  sangat penting karena salah melafazkan atau mengucapkan sebuah kata maka akan mengubah arti kata tersebut dan akhirnya akan menghambat komunikasi.  Agar pronunciation bagus maka yang perlu dilakukan adalah sering mendengarkan orang berbahasa Inggris dan berlatih mengucapkannya. Dengan mengucapkan kata-kata bahasa Inggris tersebut akan melatih alat artikulasi sehingga terbiasa dengan bahasa Ingris. Oleh sebab itu ucapkanlah kata bahasa Inggris itu dengan lantang. Pronounciation yang bagus dalam bercerita tentu akan memberi nilai plus dalam ajang lomba storytelling. Menyampaikan cerita dengan artikulasi yang jelas, ketepatan pemenggalan kata atau kalimat, membuat cerita yang disampaikan hidup dan mampu memukau audiens

 

2.   Grammar

Grammar adalah aturan terstruktur yang mengatur susunan kata, frasa dan kalimat. Jadi dapat dikatakan bahwa grammar adalah tata bahasa yang mengatur  kaidah dan aturan dalam berbahasa terutama dalam aspek menulis. Grammar akan terlihat benar dan salah dengan jelas ketika kalimat, frasa, dan  kata tersebut dituliskan. Menyampaikan cerita dengan tata bahasa, pemilihan kosa kata yang tepat dan ungkapan yang benar tentu akan menambah keindahan dalam bercerita

 

3.   Intonation

Menurut Wikipedia, Intonasi yaitu tinggi rendahnya suatu nada pada kalimat, yang memberikan penekanan dalam kata-kata tertentu di suatu kalimat. Jadi dapat dikatakan bahwa intonasi merupakan irama ketika berbicara, penekanan tinggi rendahnya suara ketika berbicara yang bertujuan untuk memudahkan seseorang memahami apa yang kita sampaikan. Tekanan serta volume suara yang sesuai akan membuat cerita hidup dan dinikmati oleh pendengarnya. Intonasi saat marah akan sangat berbeda dengan nada suara saat bahagia. Cepat lambat berbicara juga merupakan intonasi yang akan membuat cerita yang disampaikan memukau dan dan mampu menghinoptis audiensnya

 

4.   Facial Expression dan Body Language

Facial expression adalah mimik wajah sedangkan body language adalah gerak tubuh. Menggunakan mimik wajah dan gerak tubuh yang tepat dapat mendukung dan mencerminkan nilai serta karakter tema cerita. Menyampaikan cerita secara komunikatif dengan menghadap langsung ke penonton, dengan cara duduk atau berdiri merupakan nilai tersendiri dalam bercerita. Gaya bercerita akan berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.  Gaya tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga, jam terbang dan bakat seseorang dalam bercerita.   Gaya bercerita ini bukanlah bakat alam begitu saja tetapi bisa diasah dan dilatih secara terus menerus sehingga akan mendapatkan gaya khas tersendiri dan melekat pada orang tersebut.

 

5.   Content

Content merupakan isi cerita. Isi cerita seharusnya sesuai dengan tema yang sedang dibicarakan. Dalam lomba storytelling biasanya penyelenggara akan memberikan tema cerita bahkan sudah disiapkan judul – judul cerita yang akan dibawakan. Jangan sampai ketika dalam lomba storytelling cerita yang disampaikan tidak sesuai dengan tema atau bahkan tidak sesuai dengan daerah yang dipersyaratkan. Contohnya cerita yang disampaikan cerita lokal atau berasal dari dalam negeri. Tentu saja Cinderela, Rapunzel dan Snow White tidak bisa menjadi pilihan cerita.

 

6.   Fluency

Fluency dalam bahasa Indonesia adalah kelancaran dalam membawakan cerita. Peguasaan terhadap materi cerita akan memberi pengaruh besar terhadap kelancaran menyampaikan cerita. Apalagi menggunakan teknik hapalan, cerita yang disampaikan dengan teknik hapalan akan terasa datar dan tidak menarik. Begitu juga menyampaikan cerita terbata–bata tentu akan berpengaruh besar terhadap penilaian nantinya. Kelancaran yang dimaksud disini bukanlah membawakan cerita tanpa henti sehingga mengenyampingkan intonasi, penekanan dan gaya bercerita.

 

7.   Creativity

Kreativitas dalam menyampaikan cerita seperti memodifikasi atau menyesuaikan sudut pandang pencerita, mengembangkan isi cerita untuk menanamkan nilai yang diusung dan dapat menafsirkan isi cerita dengan cara menemukan nilai moral atau pesan yang tidak mainstream atau yang umum dalam cerita. Selanjutnya kreativitas dalam storytelling adalah menggunakan pakaian, gerakan dan alat bantu yang mendukung ketercapaian penyampaian cerita. Pakaian yang digunakan harus sesuai dengan cerita yang disampaikan. Begitu juga alat bantu. Alat bantu yang digunakan juga harus ada dalam cerita. Jangan sampai pakaian tidak mendukung isi cerita dan alat bantu diluar konteks cerita.

 

8.   Waktu

Dalam lomba storytelling waktu atau durasi bercerita selalu dibatasi. Pemanfaatan waktu yang efisien juga menjadi aspek penilaian dalam lomba bercerita. Waktu yang diberikanpun bervariasi berdasarkan ketentuan yang diberikan oleh penyelenggara lomba. Biasanya waktu yang diberikan berkisar 15 sampai 20 menit.

 

0 komentar:

Posting Komentar