APA ITU BERCERITA?
Bercerita merupakan kegiatan menceritakan sebuah cerita.
Sementara itu orang yang menceritakan sebuah cerita disebut dengan storyteller. Di Indonesia storyteller lebih dikenal dengan
pencerita atau pendongeng
Kreativitas bercerita diharapkan dapat
menggali nilai – nilai positif dari cerita yang ditampilkan. Seorang pencerita
mampu mengajak audiens untuk bersama belajar tentang kearifan, karakter, dan
nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh keluarga, masyarakat, dan negara. Orang
yang ingin bercerita harus mempunyai kemampuan berbicara yang baik, memahami
karakter pendengar. Teknik bercerita bisa berhasil, jika pendengar mampu
menangkap jalan cerita serta merasa terhibur. Selain itu, pesan moral dalam
cerita juga disampaikan dengan jelas.
APA SAJA ASPEK PENILAIAN BERCERITA?
Dalam
lomba – lomba Bercerita ada beberapa
aspek yang menjadi penilaian. Aspek – aspek apa saja yang menjadi penilaian
dalam bercerita? Ada beberapa aspek yang menjadi penilaian. Aspek-aspek
tersebut diantaranya adalah :
1.
Lafaz atau Pengucapan
Lafaz atau Pengucapan itu adalah cara mengucapkan kata atau bunyi
yang dihasilkan disaat sebuah kata diucapkan. Oleh sebab itu ucapkanlah kata
itu dengan lantang. Lafaz yang bagus
dalam bercerita tentu akan memberi nilai plus dalam ajang lomba Bercerita.
Menyampaikan cerita dengan artikulasi yang jelas, ketepatan pemenggalan kata
atau kalimat, membuat cerita yang disampaikan hidup dan mampu memukau audiens
2.
Intonation
Menurut
Wikipedia, Intonasi yaitu tinggi
rendahnya suatu nada pada kalimat, yang memberikan penekanan dalam kata-kata
tertentu di suatu kalimat. Jadi dapat dikatakan bahwa intonasi merupakan
irama ketika berbicara, penekanan tinggi rendahnya suara ketika berbicara yang
bertujuan untuk memudahkan seseorang memahami apa yang kita sampaikan. Tekanan
serta volume suara yang sesuai akan membuat cerita hidup dan dinikmati oleh
pendengarnya. Intonasi saat marah akan sangat berbeda dengan nada suara saat
bahagia. Cepat lambat berbicara juga merupakan intonasi yang akan membuat
cerita yang disampaikan memukau dan dan mampu menghinoptis audiensnya
3.
Facial Expression dan
Body Language
Facial
expression adalah mimik wajah sedangkan body language adalah gerak tubuh.
Menggunakan mimik wajah dan gerak tubuh yang tepat dapat mendukung dan
mencerminkan nilai serta karakter tema cerita. Menyampaikan cerita secara
komunikatif dengan menghadap langsung ke penonton, dengan cara duduk atau
berdiri merupakan nilai tersendiri dalam bercerita. Gaya bercerita akan berbeda
antara satu orang dengan orang lainnya.
Gaya tersebut dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, latar belakang
keluarga, jam terbang dan bakat seseorang dalam bercerita. Gaya bercerita ini bukanlah bakat alam
begitu saja tetapi bisa diasah dan dilatih secara terus menerus sehingga akan
mendapatkan gaya khas tersendiri dan melekat pada orang tersebut.
4.
Content
Content merupakan isi cerita. Isi cerita seharusnya sesuai
dengan tema yang sedang dibicarakan. Dalam lomba Bercerita biasanya penyelenggara akan memberikan tema cerita bahkan
sudah disiapkan judul – judul cerita yang akan dibawakan. Jangan sampai ketika
dalam lomba Bercerita cerita yang
disampaikan tidak sesuai dengan tema atau bahkan tidak sesuai dengan daerah
yang dipersyaratkan. Contohnya cerita yang disampaikan cerita lokal atau
berasal dari dalam negeri. Tentu saja Cinderela,
Rapunzel dan Snow White tidak bisa menjadi pilihan cerita.
5.
Fluency
Fluency dalam bahasa Indonesia adalah kelancaran dalam
membawakan cerita. Peguasaan terhadap materi cerita akan memberi pengaruh besar
terhadap kelancaran menyampaikan cerita. Apalagi menggunakan teknik hapalan,
cerita yang disampaikan dengan teknik hapalan akan terasa datar dan tidak
menarik. Begitu juga menyampaikan cerita terbata–bata tentu akan berpengaruh
besar terhadap penilaian nantinya. Kelancaran yang dimaksud disini bukanlah
membawakan cerita tanpa henti sehingga mengenyampingkan intonasi, penekanan dan
gaya bercerita.
6.
Creativity
Kreativitas
dalam menyampaikan cerita seperti memodifikasi atau menyesuaikan sudut pandang
pencerita, mengembangkan isi cerita untuk menanamkan nilai yang diusung dan
dapat menafsirkan isi cerita dengan cara menemukan nilai moral atau pesan yang
tidak mainstream atau yang umum dalam
cerita. Selanjutnya kreativitas dalam Bercerita
adalah menggunakan pakaian, gerakan dan alat bantu yang mendukung
ketercapaian penyampaian cerita. Pakaian yang digunakan harus sesuai dengan
cerita yang disampaikan. Begitu juga alat bantu. Alat bantu yang digunakan juga
harus ada dalam cerita. Jangan sampai pakaian tidak mendukung isi cerita dan
alat bantu diluar konteks cerita.
7. Waktu
Dalam
lomba Bercerita waktu atau durasi
bercerita selalu dibatasi. Pemanfaatan waktu yang efisien juga menjadi aspek
penilaian dalam lomba bercerita. Waktu yang diberikanpun bervariasi berdasarkan
ketentuan yang diberikan oleh penyelenggara lomba. Biasanya waktu yang
diberikan berkisar 15 sampai 20 menit.
Dirangkum dari bebagai sumber oleh : dodiindranotesaja@blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar