Di sebuah tanah asing, seorang putri terdampar setelah diusir dari kerajaannya. Ia ditolong oleh seorang laki-laki dan dirawat di rumahnya. Beberapa hari kemudian, putri itu akhirnya tersadar dari pingsannya.
Lumilumut membuka matanya. Kepalanya terasa pusing. Ketika kesadarannya telah pulih, ia segera waspada dan beranjak bangun namun rasa nyeri di pinggangnya membuat ia harus kembali berbaring.
Setelah rasa nyeri di pinggangnya hilang, ia memandang sekeliling. Ia berada di sebuah kamar yang sederhana namun tertata rapi dan bersih.
(Pintu kamar terbuka, Karim A masuk dengan tongkat di tangannya membawa semangkok obat. Ia masuk sambil meraba-raba dengan tongkatnya, berjalan mendekati tempat tidur dimana Lumilumut berbaring. Tongkat kayunya meliuk-liuk ke sana ke mari mencari jalan hingga akhirnya berhenti di dekat lumilumut.
Lumilumut: Dimana ini?
Karim A: (Duduk di samping Lumilumut) Ini rumah q
(menyodorkan mangkok berisi obat kepada Lumilumut)
Minumlah dulu obat ini, biar kamu cepat sembuh
Lumilumut menerima mangkok berisi obat itu dan meminumnya. Rasanya sangat pahit sehingga ia hampir muntah. Namun ia memaksakan diri menghabiskannya sedikit demi sedikit.
Karim A: Siapakah namamu wahai pria?
Lumilumut: Namaku Lumilumut. Aku biasa dipanggil Lumut.
Karim A: Ooh, nama yang bagus. Kalau saya biasa dipanggil...
(berdiri, menari berkeliling gaya opera) Karim A
Lumilumut: Anda seorang tabib?
Karim A: (Kembali duduk dan berpuisi) Ahh.. semenjak saya buta, saya menjadi seorang ahli massage alias tukang pijit. Tapi sebelum itu saya pernah belajar ilmu pengobatan . . .
Sayang semenjak saya buta, saya sering salah meramu obat sehingga banyak pasien saya yang mati.
Lumilumut: (Menyemburkan obat di mulutnya) Pfffffffffffff!!!
Mangkok di tangan Lumilumut terlepas. Dengan terbatuk-batuk ia berusaha memuntahkan obat yang diminumnya.
Karim A: (Gaya pidato) Jangan khawatir! Sebab bukan saya yang meramu obat itu. Saya membelinya di apotik dekat terminal.
Lumilumut: Oooh, maaf, saya kira ini obat buatan anda.
Karim A: (Masih gaya pidato) Tidak apa-apa. Itu juga obat kadaluarsa yang saya beli setengah harga.
Lumilumut: Hoeeekkk!! (Memasukkan jarinya sedalam mungkin ke dalam kerongkongannya, memaksa diri memuntahkan sisa-sisa obat yang terlanjur ditelan)
Karim A: (Berpose narsis) Saya memang tabib yang hebat. HUAHAHAHAHA...!!!
Lumilumut: Apakah anda yang membawa saya kesini?
Karim A : Bukan... bukan... (goyang” tangan) Bukan saya
Lumilumut: Lalu, siapakah gerangan orang yang telah menolong saya tersebut?
Di depan pintu muncul Trotoar.
Trotoar: (Menunjuk dadanya) Itu aku!
Lumilumut: (histeris) Aaahh.. Suleeee...
Trotoar: Bukan! Aku bukan Sule!
Lumilumut: Lalu, siapa anda?
Trotoar: (Pose) I’m Batman! Bukan! Aku adalah... (menari berkeliling gaya opera) Trotoar
Karim A: Perkenalkan, ini Trotoar. Dialah yang menyelamatkanmu dan membawamu ke sini.
Lumilumut: Oh, terima kasih. Aku tak dapat membalas kebaikanmu.
Trotoar: Tdk perlu... “pose”
Tiba-tiba terdengar suara tawa. Seorang perwira Kerajaan Utara bernama Opo masuk.
Opo: Hahahahaha...
Trotoar: Siapa kamu? Masuk sembarangan (Geram)
Opo: Aku adalah... (menari berkeliling gaya opera) Ooooo... pooooo...!!! Dan aku adalah panglima dari Kerajaan Utara. Kami mencari seorang gadis bernama Lumilumut. Kami tahu dia berada di sini.
Trotoar: Tidak ada yang namany lumilumut disini
Lumilumut: Saya. Saya lumilumu. Ada perlu apa?
Karim A: Iiiiihh... bodohnyaaa (tepuk jidat)
Opo: Anak buah! Seret wanita itu kemari!
Trotoar: Anak buah ? perasaan kamu Cuma sendiri. (celigak- celiguk)
Opo: o ya, lupa aq! (garuk” kepala) Lumut! Kau harus ikut untuk menjadi istriku
Trotoar: (Menghadang) Tunggu! Dia bukan Lumilumut! Namanya adalah Wawu!
Opo: kamu kira aq bodoh? Tu siwawu sdg baklar ikan dipinggir pantai
Minggir! Atau kau akan menjadi mayat!
Trotoar: Baiklah! Silahkan. Ayo jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri.
(mempersilahkan para tentara (Opo sendiri) untuk menangkap Lumilumut)
Lumilumut: Ih, ih ih bagaimanalah ini? Masa kamu biarkan dia membawaq pergi (Sedih)
Trotoar: (sok pahlawan) Oh, Kalau begitu kau harus melangkahi mayatku!
Opo: Rupanya kau punya nyali juga anak muda.
Sebutkan account Facebookmu biar aku tahu siapa yang kubunuh!
Trotoar: Cih, aku tak sudi menerima permintaan pertemanan dengan orang seperti kau!
Opo: Rupanya kau memang sudah bosan hidup! Bersiaplah menerima kematianmu! (bersiap bertempur)
Trotoar: Tunggu!
Opo: Ada apa?
Trotoar: Update status dulu di FB hehehe. (mengambil HP dan update status)
Sedang bertarung dengan @Opo, panglima Kerajaan Utara. Oke, klar!
Opo: Sekarang terimalah kematianmu! (bersiap menyerang)
Karim A: Tunggu! (memanggil Trotoar dan Opo mendekat. Menjelaskan dengan gaya wasit tinju)
Dilarang memukul wajah, dilarang memukul di bawah perut, belakang kepala, kemaluan dan punggung.
Paham? Okay, Fight!
(Trotoar dan Opo memasang kuda-kuda tempur)
Trotoar: Karim, cepat bawa Lumut pergi dari sini.
Karim A: Ayo kita pergi. Kau tunjukkan jalan.
(Lumulumut segera membawa Karim pergi).
Opo: Sekarang tinggal kita berdua. Menyerahlah.
Trotoar: Tidak akan pernah!
Opo: Kalau begitu matilah! Hiaaat... (Opo menyerang Trotoar)
Trotoar: Tunggu!
Opo: Ih, bagaimana ini? Daritadi tunggu” trus!
Trotoar: Kita kan pemeran utama, nda mungkin mo main adegan berbahaya.
(berteriak memanggil pemeran pengganti) Pemeran pengantiiiii...
(Pemeran pengganti masuk dan mengambil posisi tempur)
Opo: lha? Masa pake pemeran pengganti? G asi dong!
Trotoar: (menghibur Opo) bukan gitu po... aq lagi malas bertarung, nanti cepat x kau keok!
Opo: Sudah! Ayo selesaikan pertarungan ini!
(Adegan laga)
(Setelah pertarungan sengit, Opo berhasil menjatuhkan Pemeran Pengganti dan menodongnya)
Opo: Sekarang pergilah ke neraka! (bersiap membunuh pemeran pengganti)
Trotoar: Tunggu!
Opo: Nah, skrg mau tunggu apa lagi?
Trotoar: Kau kan sdh bertarung, ganti pemain lagi nyo!
(Trotoar menggantikan posisi pemeran pengganti)
Opo: Sekarang pergilah kau ke neraka! (bersiap membunuh Trotoar)
Trotoar: Tunggu!
Opo: (berhenti, berkacak pinggang dengan sangat kesal, menarik napas panjang, geleng-geleng kepala)
apa”an ini?
Trotoar: Bagini, kita kan pemeran utama di cerita ini. Kalo kita mati berarti tamatlah cerita ini.
Opo: Jadi bagaimana?
Trotoar: Yaaa, jadi harus kamu yg mati, gantiin kita semua! (santai g berdosa)
Opo: Ha? Memang musti bagitu so?
Trotoar: Yah, memang begitu dinaskah, bagaimana lagi?
Opo: (pasrah) y sdhlah, mau bagaimana lagi.
(Trotoar berdiri lalu membunuh Opo. Opo terkapar meregang nyawa)
Trotoar: Wahai panglima Kerajaan Utara. Kau memang hebat, tapi sayang, kemampuanmu tak dapat menandingi golok saktiku! Hahaha... akulah Trotoar, pendekar terhebat di tanah ini!
(Lumilumut dan Karim A masuk)
Lumilumut: Trotoar... untunglah kau selamat.
Trotoar: Lumut... sekarang tidak ada lagi yang akan mengganggumu
(Trotoar berlari ke sudut panggung, lumilumut ke sudut panggung yang satunya lagi)
Lumilumut: Oh... Trotoar...
Trotoar: Oh... Lumut...
(Dialog diulang-ulang selama Trotoar dan Lumilumut saling mendekat)
Trotoar: Oh Lumut... ada yang ingin aku katakan padamu...
Lumilumut: Katakanlah wahai Trotoar pahlawanku... katakanlah...
Trotoar: Sebenarnya... aku...
Lumilumut: Katakanlah... Katakan... jangan ragu...
Trotoar: Sebenarnya... aku... mencintai....
Lumilumut: Oh... aku juga mencintaimu (bergerak memeluk Trotoar)
Trotoar: (menghindar dari pelukan Lumilumut) Karim!
(Trotoar dan Karim A saling berpegangan tangan dengan mesra.)
Lumilumut: (menangis, kemudian mendekati mayat Opo, mengambil pedangnya) (bersuara lirih)
klo tdk ada yg mencintaiq, lbh baik aq mati saja! (Trotoar dan Karim A tidak mempedulikan)
(senyap)
Lumilumut: (bersuara lebih keras) Lebih baik aq mati sajaaaa!!!
(Trotoar dan Karim A tidak mempedulikan)
(senyap)
Lumilumut: (Berteriak keras) aq mau bunuh diri aja!!! (Tusuk pisau”an dri batang pisang)
(Trotoar kaget dan bergegas mencegah Lumilumut bunuh diri, namun terlambat, Lumilumut terlanjur mati duluan.)
Karim A: Mati dia?
Trotoar: Io
Karim: nah lo, rusak cerita!
Trotoar: Aduh, gmna dong ne? biar pun jelek, tpi dy satu”ny laki” di cerita ini! (Berteriak sambil menghadap langit)
Karim A : y udh, Tamatin aja...
Trotoar : ==” y udhlah...`
Lumilumut membuka matanya. Kepalanya terasa pusing. Ketika kesadarannya telah pulih, ia segera waspada dan beranjak bangun namun rasa nyeri di pinggangnya membuat ia harus kembali berbaring.
Setelah rasa nyeri di pinggangnya hilang, ia memandang sekeliling. Ia berada di sebuah kamar yang sederhana namun tertata rapi dan bersih.
(Pintu kamar terbuka, Karim A masuk dengan tongkat di tangannya membawa semangkok obat. Ia masuk sambil meraba-raba dengan tongkatnya, berjalan mendekati tempat tidur dimana Lumilumut berbaring. Tongkat kayunya meliuk-liuk ke sana ke mari mencari jalan hingga akhirnya berhenti di dekat lumilumut.
Lumilumut: Dimana ini?
Karim A: (Duduk di samping Lumilumut) Ini rumah q
(menyodorkan mangkok berisi obat kepada Lumilumut)
Minumlah dulu obat ini, biar kamu cepat sembuh
Lumilumut menerima mangkok berisi obat itu dan meminumnya. Rasanya sangat pahit sehingga ia hampir muntah. Namun ia memaksakan diri menghabiskannya sedikit demi sedikit.
Karim A: Siapakah namamu wahai pria?
Lumilumut: Namaku Lumilumut. Aku biasa dipanggil Lumut.
Karim A: Ooh, nama yang bagus. Kalau saya biasa dipanggil...
(berdiri, menari berkeliling gaya opera) Karim A
Lumilumut: Anda seorang tabib?
Karim A: (Kembali duduk dan berpuisi) Ahh.. semenjak saya buta, saya menjadi seorang ahli massage alias tukang pijit. Tapi sebelum itu saya pernah belajar ilmu pengobatan . . .
Sayang semenjak saya buta, saya sering salah meramu obat sehingga banyak pasien saya yang mati.
Lumilumut: (Menyemburkan obat di mulutnya) Pfffffffffffff!!!
Mangkok di tangan Lumilumut terlepas. Dengan terbatuk-batuk ia berusaha memuntahkan obat yang diminumnya.
Karim A: (Gaya pidato) Jangan khawatir! Sebab bukan saya yang meramu obat itu. Saya membelinya di apotik dekat terminal.
Lumilumut: Oooh, maaf, saya kira ini obat buatan anda.
Karim A: (Masih gaya pidato) Tidak apa-apa. Itu juga obat kadaluarsa yang saya beli setengah harga.
Lumilumut: Hoeeekkk!! (Memasukkan jarinya sedalam mungkin ke dalam kerongkongannya, memaksa diri memuntahkan sisa-sisa obat yang terlanjur ditelan)
Karim A: (Berpose narsis) Saya memang tabib yang hebat. HUAHAHAHAHA...!!!
Lumilumut: Apakah anda yang membawa saya kesini?
Karim A : Bukan... bukan... (goyang” tangan) Bukan saya
Lumilumut: Lalu, siapakah gerangan orang yang telah menolong saya tersebut?
Di depan pintu muncul Trotoar.
Trotoar: (Menunjuk dadanya) Itu aku!
Lumilumut: (histeris) Aaahh.. Suleeee...
Trotoar: Bukan! Aku bukan Sule!
Lumilumut: Lalu, siapa anda?
Trotoar: (Pose) I’m Batman! Bukan! Aku adalah... (menari berkeliling gaya opera) Trotoar
Karim A: Perkenalkan, ini Trotoar. Dialah yang menyelamatkanmu dan membawamu ke sini.
Lumilumut: Oh, terima kasih. Aku tak dapat membalas kebaikanmu.
Trotoar: Tdk perlu... “pose”
Tiba-tiba terdengar suara tawa. Seorang perwira Kerajaan Utara bernama Opo masuk.
Opo: Hahahahaha...
Trotoar: Siapa kamu? Masuk sembarangan (Geram)
Opo: Aku adalah... (menari berkeliling gaya opera) Ooooo... pooooo...!!! Dan aku adalah panglima dari Kerajaan Utara. Kami mencari seorang gadis bernama Lumilumut. Kami tahu dia berada di sini.
Trotoar: Tidak ada yang namany lumilumut disini
Lumilumut: Saya. Saya lumilumu. Ada perlu apa?
Karim A: Iiiiihh... bodohnyaaa (tepuk jidat)
Opo: Anak buah! Seret wanita itu kemari!
Trotoar: Anak buah ? perasaan kamu Cuma sendiri. (celigak- celiguk)
Opo: o ya, lupa aq! (garuk” kepala) Lumut! Kau harus ikut untuk menjadi istriku
Trotoar: (Menghadang) Tunggu! Dia bukan Lumilumut! Namanya adalah Wawu!
Opo: kamu kira aq bodoh? Tu siwawu sdg baklar ikan dipinggir pantai
Minggir! Atau kau akan menjadi mayat!
Trotoar: Baiklah! Silahkan. Ayo jangan sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri.
(mempersilahkan para tentara (Opo sendiri) untuk menangkap Lumilumut)
Lumilumut: Ih, ih ih bagaimanalah ini? Masa kamu biarkan dia membawaq pergi (Sedih)
Trotoar: (sok pahlawan) Oh, Kalau begitu kau harus melangkahi mayatku!
Opo: Rupanya kau punya nyali juga anak muda.
Sebutkan account Facebookmu biar aku tahu siapa yang kubunuh!
Trotoar: Cih, aku tak sudi menerima permintaan pertemanan dengan orang seperti kau!
Opo: Rupanya kau memang sudah bosan hidup! Bersiaplah menerima kematianmu! (bersiap bertempur)
Trotoar: Tunggu!
Opo: Ada apa?
Trotoar: Update status dulu di FB hehehe. (mengambil HP dan update status)
Sedang bertarung dengan @Opo, panglima Kerajaan Utara. Oke, klar!
Opo: Sekarang terimalah kematianmu! (bersiap menyerang)
Karim A: Tunggu! (memanggil Trotoar dan Opo mendekat. Menjelaskan dengan gaya wasit tinju)
Dilarang memukul wajah, dilarang memukul di bawah perut, belakang kepala, kemaluan dan punggung.
Paham? Okay, Fight!
(Trotoar dan Opo memasang kuda-kuda tempur)
Trotoar: Karim, cepat bawa Lumut pergi dari sini.
Karim A: Ayo kita pergi. Kau tunjukkan jalan.
(Lumulumut segera membawa Karim pergi).
Opo: Sekarang tinggal kita berdua. Menyerahlah.
Trotoar: Tidak akan pernah!
Opo: Kalau begitu matilah! Hiaaat... (Opo menyerang Trotoar)
Trotoar: Tunggu!
Opo: Ih, bagaimana ini? Daritadi tunggu” trus!
Trotoar: Kita kan pemeran utama, nda mungkin mo main adegan berbahaya.
(berteriak memanggil pemeran pengganti) Pemeran pengantiiiii...
(Pemeran pengganti masuk dan mengambil posisi tempur)
Opo: lha? Masa pake pemeran pengganti? G asi dong!
Trotoar: (menghibur Opo) bukan gitu po... aq lagi malas bertarung, nanti cepat x kau keok!
Opo: Sudah! Ayo selesaikan pertarungan ini!
(Adegan laga)
(Setelah pertarungan sengit, Opo berhasil menjatuhkan Pemeran Pengganti dan menodongnya)
Opo: Sekarang pergilah ke neraka! (bersiap membunuh pemeran pengganti)
Trotoar: Tunggu!
Opo: Nah, skrg mau tunggu apa lagi?
Trotoar: Kau kan sdh bertarung, ganti pemain lagi nyo!
(Trotoar menggantikan posisi pemeran pengganti)
Opo: Sekarang pergilah kau ke neraka! (bersiap membunuh Trotoar)
Trotoar: Tunggu!
Opo: (berhenti, berkacak pinggang dengan sangat kesal, menarik napas panjang, geleng-geleng kepala)
apa”an ini?
Trotoar: Bagini, kita kan pemeran utama di cerita ini. Kalo kita mati berarti tamatlah cerita ini.
Opo: Jadi bagaimana?
Trotoar: Yaaa, jadi harus kamu yg mati, gantiin kita semua! (santai g berdosa)
Opo: Ha? Memang musti bagitu so?
Trotoar: Yah, memang begitu dinaskah, bagaimana lagi?
Opo: (pasrah) y sdhlah, mau bagaimana lagi.
(Trotoar berdiri lalu membunuh Opo. Opo terkapar meregang nyawa)
Trotoar: Wahai panglima Kerajaan Utara. Kau memang hebat, tapi sayang, kemampuanmu tak dapat menandingi golok saktiku! Hahaha... akulah Trotoar, pendekar terhebat di tanah ini!
(Lumilumut dan Karim A masuk)
Lumilumut: Trotoar... untunglah kau selamat.
Trotoar: Lumut... sekarang tidak ada lagi yang akan mengganggumu
(Trotoar berlari ke sudut panggung, lumilumut ke sudut panggung yang satunya lagi)
Lumilumut: Oh... Trotoar...
Trotoar: Oh... Lumut...
(Dialog diulang-ulang selama Trotoar dan Lumilumut saling mendekat)
Trotoar: Oh Lumut... ada yang ingin aku katakan padamu...
Lumilumut: Katakanlah wahai Trotoar pahlawanku... katakanlah...
Trotoar: Sebenarnya... aku...
Lumilumut: Katakanlah... Katakan... jangan ragu...
Trotoar: Sebenarnya... aku... mencintai....
Lumilumut: Oh... aku juga mencintaimu (bergerak memeluk Trotoar)
Trotoar: (menghindar dari pelukan Lumilumut) Karim!
(Trotoar dan Karim A saling berpegangan tangan dengan mesra.)
Lumilumut: (menangis, kemudian mendekati mayat Opo, mengambil pedangnya) (bersuara lirih)
klo tdk ada yg mencintaiq, lbh baik aq mati saja! (Trotoar dan Karim A tidak mempedulikan)
(senyap)
Lumilumut: (bersuara lebih keras) Lebih baik aq mati sajaaaa!!!
(Trotoar dan Karim A tidak mempedulikan)
(senyap)
Lumilumut: (Berteriak keras) aq mau bunuh diri aja!!! (Tusuk pisau”an dri batang pisang)
(Trotoar kaget dan bergegas mencegah Lumilumut bunuh diri, namun terlambat, Lumilumut terlanjur mati duluan.)
Karim A: Mati dia?
Trotoar: Io
Karim: nah lo, rusak cerita!
Trotoar: Aduh, gmna dong ne? biar pun jelek, tpi dy satu”ny laki” di cerita ini! (Berteriak sambil menghadap langit)
Karim A : y udh, Tamatin aja...
Trotoar : ==” y udhlah...`
0 komentar:
Posting Komentar