SANG PALING DERMAWAN , ABDURRAHMAN BIN ‘AUF

On Minggu, 23 Februari 2025 0 komentar

 

SANG PALING DERMAWAN , ABDURRAHMAN BIN ‘AUF





Abdurrahman bin ‘Auf Al-Qurasyi Az-Zuhri adalah sahabat Rasulullah yang terkenal dengan kedermawanan dan keberaniannya. Ia lahir tahun 581 M, dan termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun, yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam, melalui Abu Bakar As-Siddiq di rumah Arqam bin Abi Arqan.     Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Nabi Muhammad SAW bahwa ia akan masuk Surga. Ia masuk Islam, pada tahun 614 M. Saat itu usianya masih cukup muda yakni umur 31 tahun. Usia yang  masih sangat produktif.  Kendati masih muda, sumbangsihnya pada perjuangan Islam dan dakwah Rasulullah cukup besar. Anak muda seperti Abdurrahman bin Auf, seperti sahabat-sahabat Nabi yang masih muda lainnya.

 

Abdurrahman bin ‘Auf memainkan peran kunci dalam menyebarkan ajaran Islam dan memperkuat komunitas Muslim di masa awal.    Ia termasuk salah satu dari mereka yang berperan pada peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti Perang Badar dan Perang Uhud. Pasalnya, ia dikenal sebagai pengusaha kaya dan dermawan. Ia menggunakan hartanya untuk membantu perjuangan Nabi dan kaum Muslimin.   Ketika Rasulullah SAW berdakwah di Makkah, Abdurrahman bin Auf adalah salah satu orang yang pertama kali menerima Islam. Ia bersedia meninggalkan harta benda dan keluarganya demi mengikuti Rasulullah. Salah satu kisah yang menunjukkan kedermawanan Abdurrahman bin Auf adalah ketika ia menawarkan seluruh harta bendanya kepada Rasulullah.   

 

Abdullah bin Auf pada masa Nabi SAW bersedekah dengan setengah hartanya, yaitu 4 ribu dinar. Tidak lama kemudian ia bersedekah dengan 40 ribu dinar, selanjutnya ia bersedekah lagi dengan 40 ribu dinar.  Jumlah ini sungguh besar di zamannya, yakni berkisar Rp4,5 milyar.    Tidak hanya itu, ia juga menyedekahkan 500 kuda untuk keperluan transportasi. Kemudian menambahkan 500 unta untuk berperang di jalan Allah. Kebanyakan harta yang dimiliki Abdurrahman bin Auf berasal dari perdagangan. Abdurrahman juga dijelaskan memerdekakan ribuan budak.     Abdurrahman meninggalkan banyak harta setelah meninggal dunia, termasuk emas yang dipotong-potong dengan kapak sehingga membuat tangan orang-orang menjadi lelah. Emas yang sangat banyak itu, ia bagikan ke masyarakat yang luas. Dalam riwayat dikatakan untuk membagi emas itu,  harus memotongnya dengan kapak agar bisa dibagi-bagikan kepada orang-orang.  Sumber harta Abdurrahman, seperti yang yang telah disebutkan, berasal dari peternakan yang dia miliki. Dia memiliki 1.000 unta, 100 kuda, dan 3.000 domba yang digembalakan di Baqi'. Ini menunjukkan bahwa dia memiliki sejumlah besar hewan ternak yang diurus dan dipelihara untuk mendapatkan keuntungan. Peternakan seperti ini dapat menjadi sumber pendapatan yang signifikan, terutama dalam budaya Arab dan lingkungannya di mana peternakan ternak adalah mata pencaharian utama atau sumber utama harta.

 

 


 Meskipun Abdurrahman bin Auf telah menjadi miliarder dan memiliki kekayaan yang luar biasa, dia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim.  Abdurrahman adalah seorang filantropis yang dermawan. Setelah hijrah ke Madinah, dia terkenal karena bersedekah secara besar-besaran. Dengan murah hati ia berikan harta benda dan sumber daya kepada umat Islam yang membutuhkan.    Salah satu tindakan mulia Abdurrahman bin Auf adalah ketika Nabi Muhammad SAW mendirikan Baitul Mal (kas negara) di Madinah. Abdurrahman adalah salah satu sahabat yang memberikan kontribusi besar ke Baitul Mal ini. Dia memberikan separuh harta kekayaannya untuk membantu memenuhi kebutuhan umat Islam yang kurang beruntung. Tindakan ini menunjukkan dedikasinya untuk melayani masyarakat dan memastikan bahwa semua Muslim di Madinah mendapat perlindungan dan dukungan yang mereka perlukan.     Tindakan Abdurrahman bin Auf ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kepedulian sosial antar-umat Islam pada masa itu. Baitul Mal berfungsi sebagai instrumen distribusi kekayaan dan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan komunitas, dan kontribusi Abdurrahman bin Auf adalah salah satu contoh penting dari semangat kepedulian yang dijunjung tinggi dalam Islam. 

 

  

ABDURRAHMAN BIN AUF DAN BUAH KURMA






Suatu ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam berkata, Abdurrahman bin Auf akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya, sehingga dihisabnya paling lama.

Mendengar hal tersebut Abdurrahman bin Auf pun berpikir keras, bagaimana caranya agar ia kembali menjadi miskin supaya dapat memasuki surga lebih awal. Suatu hari setelah perang tabuk, kurma yang ditinggalkan para sahabat di Madinah menjadi busuk sehingga harga jualnya jatuh.

Mendengar hal tersebut, Abdurrahman bin Auf langsung menjual semua harta yang ia punya untuk membeli semua kurma busuk milik para sahabat dengan harga standar kurma yang belum busuk.

Semua sahabat bersyukur karena kurma yang mereka khawatirkan tidak akan laku, tiba-tiba diborong semuanya oleh Abdurrahman bin Auf. Para sahabat gembira karena kurma mereka bisa dijual, begitupun Abdurrahman bin Auf yang teramat senang dan ia berharap akan jatuh miskin.

Namun, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan mengaku berasal dari utusan Yaman.

Dia memberitakan bahwa di negerinya sedang terkena wabah penyakit menular, sehingga raja Yaman mengutus dirinya untuk mencari kurma busuk. Menurutnya, kurma busuk adalah salah satu obat yang bisa menyembuhkan dari penyakit menular itu.

Akhirnya utusan raja Yaman tersebut memborong semua kurma milik Abdurrahman bin Auf dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.



ABDURRAHMAN BIN AUF INGIN MISKIN




Suatu hari Abdurrahman bin Auf diberi makanan, padahal ia sedang berpuasa. Ia pun mengatakan, “Mush`ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Akan tetapi ketika dia meninggal tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat).

Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini,” kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.

Di sisi lain, Naufal bin al-Hudzali berkata, “Abdurrahman bin Auf teman bergaul kami. Beliau adalah sebaik-baik teman. Suatu hari dia pulang ke rumahnya dan mandi. Setelah itu dia keluar, ia datang kepada kami dengan membawa wadah makanan berisi roti dan daging, dan kemudian dia menangis.

Kami bertanya, “Wahai Abu Muhammad (panggilan Abdurrahman bin Auf), apa yang menyebabkan kamu menangis?”

Ia menjawab, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya belum kenyang dengan roti syair. Aku tidak melihat kebaikan kita diakhirkan.”

Pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam Abdurrahman bin Auf pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu ia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar. Kebanyakan harta bendanya ia peroleh dari hasil perdagangan.

Abdurrahman bin Auf meninggal diusia 72 tahun dan dikubur di pemakaman Baqi, saat itu Utsman bin Affan ikut menyalatkannya. Begitu banyak hikmah yang bisa kita petik dari kisah Abdurrahman bin Auf yang berusaha ingin jatuh miskin karena takut kepada Rabbnya.


( Dirangkum dan disarikan dari berbagai sumber )

0 komentar:

Posting Komentar