SEKOLAHKU MATI SURI

On Jumat, 13 Agustus 2021 0 komentar

 





SEKOLAHKU MATI SURI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jarum pendek jam dinding  sekolah sudah melewati angka 7  sementara jarum panjangnya di angka 4. Jam 7 lewat 20 pagi. Tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan disini. Aku yang terlambat atau jangan – jangan hari ini tanggal merah. Libur. Aku yakin. Hari ini Rabu. Tidak tanggal merah apalagi hari minggu. Ada apa?

 

  

 


 Kulangkahkan kaki masuk gerbang sekolah. Tidak satu orang Ustad atau ustazah yang menunggu di sana. Terbayang kebiasaan beberapa bulan yang lalu. Deretan ustad ustazah menyambut peserta didik dengan senyum, sapa dan salam. Mempersilakan perserta didik masuk setelah sebelumnya memastikan mereka rapi dan siap untuk belajar. Namun hari ini, aku melintasi gerbang sekolah yang dulu berwarna biru kini berubah merah itu dengan perasaan hampa. Ada yang hilang disana.

 

 


  Taman indah disamping sekolah pun kini tak terurus. Bunga -  bunga itu tumbuh liar. Sebagian ada yang sudah mati kekeringan. Baliho yang dulu tergantung megah kini terkulai lapuk. Ada apa dengan sekolahku?

 

 

 


 Karidor ini pun sunyi. Padahal waktu sudah menunjukkan jam 8 lewat 20. Tak ada peserta didik yang lalu lalang lagi. Berlarian, senda gurau  sambil sesekali berteriak girang. Nafas sekolah seakan berhenti. Sekolahku mati suri. Nadinya berhenti sampai waktu yang belum pasti.

 

 

 

 

 Kebersihannya yang dulu terjaga rapi kini terkoyak karena rasa peduli yang mulai terkikis . Sampah bertumpukan disana sini. Kursi yang seharusnya di ruang kelas tergeletak di lapangan tiada yang mengurusi. Pohon- pohon yang sudah tak lagi indah untuk dipandangi. Kemana rupanya penghuni sekolahku yang dulu sangat empati. Kemana rasa itu bersembunyi. Akankah sekolah ini lama-lama mati? Hilang ditelan pandemi. ( dodiindranoteasaja@blogspot.com )

0 komentar:

Posting Komentar