UWAIS
AL QARNI
CINTA
TANPA BATAS SEORANG ANAK
Uwais Al Qarni, seorang pemuda dari
Yaman, dikenal sebagai sosok yang sangat berbakti kepada ibunya. Kisahnya penuh
dengan makna dan pelajaran berharga tentang ketaatan, kesabaran, dan
keikhlasan.
Masa kecil Uwais Al Qarni diwarnai
dengan kesederhanaan dan pengabdian kepada ibunya. Uwais Al Qarni tumbuh dalam
keluarga yang sangat sederhana. Ia hidup dalam kemiskinan, namun hatinya kaya
dengan kasih sayang dan keimanan.
Sejak kecil, Uwais sangat mencintai dan
berbakti kepada ibunya yang lumpuh dan buta. Ia merawat ibunya dengan penuh
kasih sayang, memenuhi segala kebutuhannya, dan tidak pernah mengeluh. Uwais
sangat mencintai dan menghormati ibunya, serta selalu berusaha memenuhi segala
keinginannya.
Uwais memiliki penyakit kulit berupa
bercak-bercak putih (sopak) di tubuhnya. Meskipun demikian, penyakitnya tidak
menghalangi Uwais untuk berbakti kepada ibunya dan mendekatkan diri kepada
Allah.
Uwais dikenal sebagai seorang pemuda
yang taat beribadah. Ia sering berpuasa dan menghabiskan malamnya untuk berdoa
dan bermunajat kepada Allah.
Uwais sangat merindukan Rasulullah SAW,
meskipun ia tidak pernah bertemu langsung dengan beliau. Kerinduannya ini
menunjukkan keimanan dan kecintaannya yang mendalam kepada Rasulullah SAW.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais
Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada
waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya.
Bila 1 ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu
tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya.
2
Suatu hari, ibunya yang sudah tua renta
menyampaikan keinginan untuk pergi haji. Ibu Uwais, yang sudah tua renta,
lumpuh, dan buta, memiliki keinginan yang sangat kuat untuk menunaikan ibadah
haji di Mekkah.
Mendengar keinginan ibunya, Uwais tidak
ragu sedikit pun untuk mewujudkannya, meskipun mereka hidup dalam kemiskinan dan
jarak ke Mekkah sangat jauh.Meskipun mereka hidup dalam kemiskinan dan
perjalanan ke Mekkah sangat jauh, Uwais bertekad untuk mewujudkan keinginan
ibunya.
Uwais menyadari bahwa ia harus memiliki
kekuatan fisik yang cukup untuk menggendong ibunya selama perjalanan yang
panjang dan berat. Ia kemudian membeli seekor anak lembu dan setiap hari
menggendongnya naik turun bukit. Tindakan ini awalnya dianggap aneh oleh
orang-orang sekitar, tetapi Uwais terus melakukannya dengan tekun. Selama
delapan bulan, Uwais terus berlatih, dan seiring bertambahnya usia lembu,
kekuatannya pun meningkat.
Setelah merasa cukup kuat, Uwais mulai
menggendong ibunya dalam perjalanan menuju Mekkah. Perjalanan ini sangat sulit,
melewati padang pasir yang panas dan terjal. Dengan penuh kesabaran dan kasih
sayang, Uwais merawat ibunya selama perjalanan. Ia memastikan ibunya
mendapatkan cukup makanan, minuman, dan istirahat.
Sesampainya di Mekkah, Uwais
menggendong ibunya untuk melaksanakan semua rukun haji, termasuk tawaf di
Ka'bah dan wukuf di Arafah. Ibunya sangat terharu dan bersyukur atas
pengorbanan Uwais. Di depan Ka'bah, Uwais berdoa agar dosa ibunya diampuni, dan
ketika ibunya bertanya tentang dosanya sendiri, Uwais menjawab bahwa ridha
ibunya adalah surga baginya.
Kemuliaan Uwais Al Qarni
Rasulullah SAW pernah bersabda tentang
Uwais Al Qarni kepada para sahabatnya, "Di zaman kamu nanti akan lahir
seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kalian berdua, pergilah cari dia.
Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman." Rasulullah SAW juga berpesan kepada Umar bin
Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk mencari Uwais Al Qarni dan meminta doa
serta istighfarnya. Ketika Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib bertemu
dengan Uwais Al Qarni, mereka mendapati tanda putih di telapak tangannya,
sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Rasulullah SAW.
Pelajaran dari Kisah Uwais Al Qarni
Ketaatan kepada orang tua adalah kunci
meraih ridha Allah SWT. Kesabaran dan keikhlasan dalam berbakti akan
mendatangkan kemuliaan. Kemuliaan seseorang tidak diukur dari ketenaran atau
kekayaan, tetapi dari ketakwaannya kepada Allah SWT. Kisah Uwais Al Qarni
memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk selalu berbakti kepada orang tua,
bersabar dalam menghadapi cobaan, dan ikhlas dalam beramal.
Hikmah dari Kisah Ini
Kisah Uwais Al Qarni mengajarkan kita
tentang pentingnya bakti kepada orang tua, bahkan dalam kondisi yang paling
sulit sekalipun. Kesabaran, ketekunan, dan cinta kasih Uwais kepada ibunya
adalah contoh yang patut kita teladani. Kisah ini juga menunjukkan bahwa kemuliaan
seseorang tidak diukur dari kekayaan atau status sosial, tetapi dari
ketakwaannya kepada Allah dan baktinya kepada orang tua.
Kisah Uwais Al Qarni adalah pengingat
yang kuat tentang kekuatan cinta seorang anak kepada ibunya dan betapa besarnya
pahala bakti kepada orang tua.
0 komentar:
Posting Komentar