KISAH NABI MUSA AS, NABI HARUN AS, DAN MASYITHAH

On Senin, 10 Maret 2025 0 komentar

 



KISAH NABI MUSA AS, NABI HARUN AS, DAN MASYITHAH

 

Nabi Musa AS adalah salah satu nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada kaum Bani Israil untuk membebaskan mereka dari penindasan Raja Fir’aun di Mesir. Beliau diberikan banyak mukjizat oleh Allah, termasuk tongkat yang bisa berubah menjadi ular dan laut yang terbelah. Dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Musa didampingi oleh saudaranya, Nabi Harun AS, serta mendapat dukungan dari orang-orang beriman, termasuk Masyithah, seorang pelayan istana Fir’aun yang mempertaruhkan nyawanya demi keimanan kepada Allah.

 Kelahiran Nabi Musa dan Ketakutan Fir’aun

Raja Fir’aun adalah penguasa kejam yang mengaku sebagai tuhan dan menindas Bani Israil. Suatu malam, ia bermimpi melihat seorang anak laki-laki dari kaum Bani Israil yang akan menghancurkan kerajaannya. Para penasihatnya menafsirkan bahwa mimpi itu adalah peringatan dari Tuhan.

Karena ketakutan, Fir’aun mengeluarkan perintah kejam: setiap bayi laki-laki yang lahir dari Bani Israil harus dibunuh. Namun, Allah memiliki rencana lain. Ibu Nabi Musa AS melahirkan bayinya dengan sembunyi-sembunyi. Allah mengilhaminya untuk meletakkan bayi Musa dalam sebuah peti dan menghanyutkannya di Sungai Nil, agar selamat dari pembantaian Fir’aun.

Allah SWT berfirman:

"Maka Kami ilhamkan kepada ibu Musa, 'Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Janganlah kamu takut dan jangan pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang rasul.'" (QS. Al-Qasas: 7)

Peti itu terbawa arus hingga ke istana Fir’aun. Ketika istri Fir’aun, Asiyah, menemukannya, ia merasa iba dan meminta Fir’aun untuk mengasuh bayi tersebut. Fir’aun, meskipun awalnya curiga, akhirnya setuju karena hatinya melembut oleh bujuk rayu istrinya.

 

Nabi Musa Dibantu oleh Nabi Harun

Nabi Musa tumbuh di istana Fir’aun, namun ia tetap memiliki hati yang bersih. Suatu hari, ia melihat seorang Mesir menindas seorang Bani Israil. Karena marah, ia memukul orang Mesir itu hingga meninggal. Nabi Musa kemudian melarikan diri ke negeri Madyan untuk menghindari hukuman.

Di Madyan, ia bertemu dengan Nabi Syu’aib AS dan menikah dengan salah satu putrinya. Setelah bertahun-tahun tinggal di sana, Allah memerintahkannya untuk kembali ke Mesir untuk membebaskan Bani Israil dari Fir’aun.

Karena merasa bahwa ia memiliki kesulitan berbicara, Nabi Musa meminta kepada Allah agar saudaranya, Nabi Harun AS, diangkat sebagai pendamping dalam berdakwah. Allah mengabulkan permintaannya dan menguatkan mereka dengan mukjizat-mukjizat.

 

Dakwah Nabi Musa dan Nabi Harun kepada Fir’aun

Nabi Musa dan Nabi Harun kembali ke Mesir dan menghadap Fir’aun. Mereka menyerunya untuk meninggalkan kesombongan dan beriman kepada Allah. Namun, Fir’aun malah mengejek mereka dan menantang dengan menyuruh para penyihirnya untuk bertanding melawan mukjizat Nabi Musa.

Dalam pertarungan itu, para penyihir menggunakan tali yang tampak seperti ular. Namun, Nabi Musa melemparkan tongkatnya, dan tongkat itu berubah menjadi ular besar yang memakan semua tali para penyihir. Melihat kejadian itu, para penyihir sadar bahwa ini bukan sihir biasa, melainkan mukjizat dari Tuhan yang Maha Kuasa. Mereka pun langsung bersujud dan beriman kepada Allah.

Fir’aun murka dan mengancam mereka dengan hukuman berat, tetapi mereka tetap teguh dalam keimanan mereka.

 



Kisah Masyithah, Pelayan Istana yang Beriman

Di istana Fir’aun, ada seorang wanita bernama Masyithah. Ia adalah pelayan yang bertugas menyisir rambut putri Fir’aun. Suatu hari, saat sedang menyisir rambut, sisirnya jatuh. Saat mengambilnya, Masyithah tanpa sengaja mengucapkan:

"Bismillah (Dengan nama Allah)."

Putri Fir’aun mendengar itu dan bertanya, "Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?"

Masyithah dengan berani menjawab, "Ya, Tuhanku dan Tuhan ayahmu adalah Allah yang Maha Esa!"

Putri Fir’aun segera melaporkan hal ini kepada ayahnya. Fir’aun sangat marah dan mengancam Masyithah agar meninggalkan imannya. Namun, Masyithah tetap teguh dan berkata:

"Aku tidak akan pernah menyembahmu, aku hanya menyembah Allah yang Maha Esa!"

Fir’aun yang kejam lalu memerintahkan agar Masyithah dan anak-anaknya dihukum mati dengan cara dilempar ke dalam kuali besar berisi minyak mendidih.

Satu per satu anak-anaknya dilempar ke dalam kuali, hingga tiba giliran bayi terakhirnya. Masyithah sempat ragu dan merasa sedih. Namun, Allah memberikan keajaiban, bayinya yang masih menyusu berbicara, mengatakan:

"Wahai ibuku, bersabarlah, karena engkau berada di jalan yang benar dan Allah telah menjanjikan surga untukmu!"

Masyithah pun menguatkan hatinya dan akhirnya menyerahkan dirinya kepada Allah. Ia mati sebagai syahidah (martir) dalam keadaan tetap beriman.

Rasulullah SAW bersabda bahwa saat beliau melakukan Isra Mi’raj, beliau mencium aroma yang sangat harum. Ketika bertanya kepada malaikat Jibril, Jibril menjawab bahwa itu adalah bau wangi dari makam Masyithah dan anak-anaknya, sebagai tanda kemuliaan mereka di sisi Allah.

 



Kemenangan Nabi Musa dan Tenggelamnya Fir’aun

Setelah berbagai azab menimpa Mesir, Fir’aun tetap menolak beriman. Allah akhirnya memerintahkan Nabi Musa untuk membawa Bani Israil keluar dari Mesir. Mereka menuju Laut Merah, tetapi Fir’aun dan pasukannya mengejar mereka dengan penuh kemarahan.

Saat itulah, Allah memberikan mukjizat terbesar kepada Nabi Musa. Beliau diperintahkan untuk memukul laut dengan tongkatnya, dan laut pun terbelah menjadi dua, membentuk jalan kering bagi Bani Israil.

Ketika Fir’aun dan pasukannya mencoba melewati jalan yang sama, Allah menutup kembali laut itu, dan Fir’aun serta pasukannya tenggelam.

Saat Fir’aun sekarat, ia mencoba beriman dan berkata:

"Aku beriman bahwa tidak ada Tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS. Yunus: 90)

Namun, Allah menolaknya karena keimanannya datang terlambat, setelah ia melihat azab dengan mata kepalanya sendiri.

 

Hikmah dari Kisah Ini

1.   Kesabaran dan Keimanan

o    Nabi Musa dan Nabi Harun tidak pernah menyerah meskipun ditolak oleh Fir’aun berkali-kali.

o    Masyithah mempertaruhkan nyawanya demi keimanan.

2.   Allah Maha Kuasa

o    Mukjizat Nabi Musa, termasuk laut yang terbelah, membuktikan kekuasaan Allah.

3.   Kesombongan Membawa Kehancuran

o    Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan akhirnya mati dengan cara yang hina.

4.   Anak Bisa Menjadi Penguat Iman

o    Bayi Masyithah yang berbicara menjadi penyemangat ibunya untuk tetap teguh dalam keimanan.

 

Kisah Nabi Musa, Nabi Harun, dan Masyithah adalah kisah perjuangan melawan kezaliman dan kesombongan. Mereka mengajarkan bahwa keimanan harus dipertahankan, bahkan jika harus berhadapan dengan ancaman kematian.

Semoga kisah ini memberi inspirasi untuk kita agar selalu teguh dalam iman dan tidak takut menyuarakan kebenaran. Aamiin

 


0 komentar:

Posting Komentar