BU DIAN DAN RAHASIA HATI LEVI
Di
sebuah SMP di pinggiran kota, ada seorang guru bernama Bu Dian. Ia dikenal
sebagai guru yang sabar dan penuh perhatian. Suatu hari, seorang siswa baru
bernama Levi bergabung dengan kelasnya. Sejak awal, Levi sudah menunjukkan
sikap yang berbeda dari teman-temannya. Ia sering membuat keributan, mengganggu
teman, dan bahkan pernah ketahuan mencuri uang teman sekelasnya.
Bu
Dian awalnya merasa khawatir dengan perilaku Levi. Ia mencoba berbagai cara
untuk mendekati Levi, namun selalu gagal. Levi selalu tampak acuh tak acuh dan
bahkan sering menantang Bu Dian. Namun, Bu Dian tidak menyerah. Ia terus
berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Levi.
“Levi, Bisa ibu
bicara dengan mu?
“Tidak bisa buk.
Saya mau ke kantin” jawab Levi lalu melenggang pergi meninggalkan bu Dian.
Bu
Dian berjalan menuju kantor. Baru beberapa langkah terdengar suara dari
belakangnya
“Mau bicara apa
bu?
Bu
Dian membalikkan badannya. Dia terkejut. Levi sudah berdiri di hadapannya.
“Katanya mau ke
kantin?”
“Tidak jadi Bu”
“Ayo kita bicara
di perpustakaan” kata bu Dian. Wanita muda itu kembali melangkahkan kakinya
menuju perpustakaan. Levi mengikutinya dari belakang.
Setelah
berbicara dan mendengarkan curhatan Levi, Bu Dian mulai menyadari bahwa di
balik sikap nakalnya, Levi sebenarnya adalah anak yang kesepian dan mencari
perhatian. Levi berasal dari keluarga yang kurang harmonis dan seringkali
merasa diabaikan oleh orang tuanya.
Suatu
hari, setelah pulang sekolah, Bu Dian memutuskan untuk mengunjungi rumah Levi.
Di sana, Bu Dian bertemu dengan ibu Levi yang terlihat sangat lelah dan
kewalahan mengurus anak-anaknya. Bu Dian kemudian mengajak ibu Levi untuk
berbicara dari hati ke hati. Ia mencoba menjelaskan bahwa Levi sebenarnya
adalah anak yang baik dan hanya perlu bimbingan yang tepat.
“Saya sudah tak
sanggup lagi. Sudah capek bu guru. Angkat tangan saya” ucap ibu Levi. Tampaknya
wanita paruh baya itu sudah tak sanggup lagi mendidik anaknya.
“Ibu yang sabar.
Banyak berdoa kepada tuhan, semoga Allah membuka pintu hati Levi dan dia menyadari
kekhilafannya selama ini” bujuk bu Dian.
“Saya mohon bu
guru. Bu guru bimbinglah anak saya” pinta ibu Levi penuh harap
Setelah
percakapan itu, Bu Dian mulai lebih sering mengajak Levi berbicara. Ia mendengarkan
keluhan Levi, memberikan nasihat, dan bahkan mengajak Levi untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler yang disukainya. Lambat laun, sikap Levi mulai
berubah. Ia menjadi lebih terbuka, rajin belajar, dan aktif dalam kegiatan
sekolah.
Puncaknya,
saat kelas mengadakan lomba karakter pahlawan. Bu Dian menunjuk Levi untuk
mewakili kelas mereka. Levi awalnya menolak karena dia tidak pernah tertarik
dengan kegiatan seperti itu. Dengan sabar bu Dian membujuk dan menyemangati Levi.
Teman sekelasnya pun memberi semangat dan meyakinkan Levi jika Levi mampu dan
cocok dengan kharakter WR, Supratman yang akan dilombakan.
Akhirnya
remaja itu mau. Penuh kesabaran bu Dian
melatihkan cara berjalan, pengucapan, akting dan mimik muka dari kharakter yang
dibawakan kepada Levi. Sampai akhirnya lomba pun diadakan. Bu Dian memasangkan
pakaian yang sudah disiapkannya pada Levi. Tak lupa wanita pintar itu juga
merias wajah levi hingga mirip tokoh WR. Supratman,
Levi tampil total. Dia tidak mau membuat bu Dian
kecewa. Dia berusaha menerapkan nasehat dan instruksi yang telah dilatihkan bu Dian
selama ini, Awalnya Levi gugup. Kakinya gemetaran ketika melangkah di karpet
merah. Semua geraknya diperhatikan penonton. Levi gugup. Namun tekadnya untuk
membalas budi baik bu Dian muncul. Levi tidak menghiraukan rasa takutnya. Dia
bangkit dengan penuh percaya diri. Suaranya bergema ketika membacakan deskripsi
singkat tokoh yang dia perankan. Semua mata tak lepas memandang dan terkesima. Penampilan
Levi memukau semua penonton. Alhasil, Levi meraih juara pertama. ( Dindra )
0 komentar:
Posting Komentar