SMOKING SHOULD BE BANNED IN PUBLIC AREA

Assalamualaikum.w.w
Honorable Judges
Honorable Master of Ceremony and
My Respectable Audiences


First of all, I would like to thank Allah who had given us chance and time, so we can attend this nice competition.  Then, Salawat and Salam, let’s send to our prophet, the great Muhammad, peace be upon Him Who had succeeded in changing our life from the darkness into the good one. Right. In this occasion I would like to deliver my speech about smoking in public area. In here I state that smoking should be banned in public area.
Smoking is a big problem in the world now days especially in our country. Smoking has become a habit and costume so it is really difficult to stop. It is true that smoking is a right but you may not smoke everywhere you like. Regardless if it is a public area or not. Smoking should not be allowed in public area. Here three main reason that support my statement.
First. Smoking in public area is harmful for non smoker. If people smoke in public area freely, non smokers have no choice but to become second hand smoker. They will inhale toxic like nicotine, carbon dioxide, Carbon monoxide, and others. It is known to cause cancer, heart disease, coronary and respiration problems. So, you should think over it.  You still have right to smoke in your own place. The right to slowly and deliberately harm other was never yours to begin with.
Secondly. Smoking is a cause of pollution. There is a lot of research that shows that many kinds of gases that are released by smoking and harmful for the environment. So much smoke that produced by cigarette causes the air is contaminated. It will Not only the air but also the land will be contaminated by cigarette. The residue of cigarette will be rubbish and polluted the area.  So the environment is getting worse and worse. In order to keep non smoker from that harmful pollution it should be banded all smokers to stop smoking in public area.
The last one, smoker will be a model of children and teenagers. If the children see their parents do smoking they will think that smoking is good activity. Then they will try to do that. There are so many facts found that children smoke because they cheat their parents. The smokers smoke in public area that can be seen by many people especially children.  They see the people who smoke are not getting hurt and they seem having fun. They try to smoke and more and more children will become addicted. it causes the progress number of smokers in the world.
In conclusion, I want to say there is no reason left to permit smoking in public places. Banning smoking is not just for us but for this world and for everyone who has to live in this world after us. Smoking in private areas like your house is alright. If you wish to go out into the public, make sure you smoke a cigarette before you leave so that you do not have to smoke in public area.

I think that is all. Thank you for your attention Assalamualaikum wr.wb

Created and typed by dodi indra, s.s




DIBALIK SUMBANGAN KELAS
(SEKEDAR CURAHAN HATI )
DODI INDRA, S.S

Suatu siang di Kelas 8.4 SMP Negeri Hayati

“Baiklah. Kalau memang ananda semua mau kelas kita indah dan menawan, Bapak setuju”
“Asyik.......”
“Tapi ingat. Untuk menghias kelas kita supaya menjadi indah kita butuh hiasan, pernak pernik, bunga – bunga dan sebagainya”
“Iya Pak. Kita butuh uang untuk beli karton, kertas warna, storio foam....”
“Kita iuaran aja pak”
“ Ya.. iuran aja Pak. Saya setuju”
“Ok. Berapa kita iurannya Pak guru?”
“Sudah. Tenang. Dengarkan Bapak bicara”
“Bapak setuju kalian iuaran. Tapi ingat ya. Ini atas dasar kemauan kalian. Bapak ngak minta kalian iuran apalagi memaksa”
“Tenang Pak. Beresnya itu”
“ Ya Pak. Bapak tinggal bilang berapa jumlahnya”
“Nanti kalo dah terkumpul baru kita bisa beli perlengkapannya Pak”
“ Ya Pak. Makin cepat makin baik”
“Gimana Pak?”
“ Pak. Jangan banyak – banyak ya. Nanti saya ngak mampu bayarnya.”
“Ala... jangan pelit la. Ni kan untuk kelas kita juga”
“Baik... Baik. Ananda semua tolong diam. Tak ada lagi yang bicara. Dengarkan baik – baik”
“Ya Pak”
“Setelah Bapak pertimbangkan. Kita ngak usah iuran”
“Masak gitu Pak”
“Ngak jadi donk Pak menghias kelas kita?
“Hm.. Bapak ni... Gimana sih?”
“Iya pak. Masak kita kalah dari kelas sebelah”
“Dengarkan Bapak dulu. Bapak kan belum selesai bicara”
“Ya Pak....”
“Tolong dengarkan Bapak dulu. Jangan langsung ditanggapi. Bapak belum selesai bicara kalian dah pada komentar.”
“Ya Pak....”
“Kalian menyumbang aja. Kita tak usah patokkan jumlahnya berapa. Bapak tahu kondisi ekonomi orang tua kalian berbeda – beda. Jadi kalian silakan memberi sumbangan seikhlas yang kalian bisa. Sekiranya kalian mau menyumbang barang juga boleh. Menyumbang uang juga silakan. Minimal menyumbangkan tenaga dan pemikiran kalian nanti sewaktu kita bekerja menghias kelas kita”
“O.. gitu”
“Ya deh. Kita sumbangan saja”
“Setuju Pak...”
“Kalo gitu saya nyumbang storio Foam aja ya pak. Kebetulan dirumah saya ada 3 lembar”
“Boleh”
“Kalo saya uang sajalah ya Pak”
“Aku uang juga la pak”
“Pak. Boleh nyumbang majalah atau komik ngak pak?”
“Baiklah. Terserah”
“Ok.. aku nyumbang uang aja ya Pak”
“Boleh. Tapi.....Tolong kalian menjelaskannya dengan baik kepada orang tua kalian. Jangan sampai orang tua kalian salah tanggap dengan sumbangan ini”
“Ya pak. Gampang la itu”
“Ingat. Bapak tidak mau sumbangan ini menjadi beban bagi kalian. Silakan berikan semampu dan seikhlasnya. Tidak usah dipaksakan. Kalau memang tidak ada, ya tidak masalah. Tidak menyumbang pun tidak apa – apa”
“Ya Pak. Beres la itu”
“Baiklah. Silakan sumbangan kalian itu diberikan kepada Bendahara kelas kita. Suci”
“Ok Pak...”
“Sekarang waktunya pulang. Sekali lagi bapak berpesan. Bilang baik – baik sama orang tua kalian tentang guna dan tujuan sumbangan ini. Baiklah. Hati – hati dijalan. Mudah – mudahan yang kita pelajari hari ini berkah dan semoga kalian semua selamat sampai dirumah. Assalamuaalaikum”
“Walaikum salam...”

Suatu pagi di SMP Negeri Hayati

“Pagi Pak..”
“Pagi”
“Mengantar anaknya ya pak”
“Ya... “
“Kelas berapa ya Pak?”
“Kelas Delapan”
“O..”
“Situ juga ngantar anaknya ya?”
“Hm....”
“Berarti kita sama. Tapi sebelum pulang saya mau lihat – lihat dulu”
“Melihat apa ya Pak?”
“Situ mo ikut... yuk, ikut saya! Kebetulan siswa - siswa lagi upacara bendera”
“Kemana Pak”
“Situ enggak tau ya. Seminggu yang lalu salah satu guru disini minta sumbangan. Entah untuk apa. Katanya sih buat menghias kelas”
“Bapak tahu gurunya”
“Ngak tau sih. Saya ngak pernah jumpa. Namanya sih Darma. Ya Pak Darma”
“ O... Sumbangan untuk menghias kelas tu Pak”
“Katanya sih begitu. Saya heran aja kelas kok dihias. Alasan aja kali”
“Alasan gimana Pak?”
“Alasan guru tu aja mo minta duit sama orang tua wali murid”
“Kok gitu”
“Ya mana lah kita tahu. Guru sekarang banyak akalnya. Ada – ada aja alasannya untuk menghasilkan uang. Minta sumbangan la.... Iuran la.... ini la... itu la...”
“O... Mang anak Bapak pernah minta uang sumbangan tuk sekolah ya?”
“ Ada. Tapi saya curiga. Jangan – jangan itu akal – akalan si guru itu aja. Mungkin sajakan uang tu dia ambil setengahnya atau semuanya untuk dia pribadi. Anak kita dibohonginnya aja”
“ Anak Bapak bilang apa waktu dia minta uangnya?”
“ Katanya sih sumbangan itu seikhlasnya dan semampunya. Tidak di patok”
“Hm.....”
“Nampakkan. Kalo ditentukan banyaknya ya iuarankan jadinya. Nah kalau seikhlasnya kan ngak nampak. Coba bayangkan brapa uang terkumpul. Situ tau ngak berapa orang siswa dikelas itu?”
“Ada 32 orang pak”
“Coba Situ hitung, kalo rata – rata siswa menyumbang sepuluh ribu sudah terkumpul tiga ratus dua puluh ribu kan?
“Ya..”
“Bisa sajakan dua ratusnya guru tu ambil tuk dia. Seratus dua puluh ribunya dia belikan tuk peralatan menghias kelas”
“Bapak yakin”
“Sangat yakin. Yok kita lihat kelasnya”
“Bapak tahu kelasnya yang mana”
“Tu.. Kelas  8.4”
“ Kelas 8.4?”
“Ya.. Nah itu kelasnya”
“Lihat Pak. Bunganya cantik – cantikkan?”
“Iya sih. Tapi bunga ini kan bunga murahan saja”
“Yok kita lihat kedalam Pak!”
“Yok. Kita cari bukti kalau guru satu tu tukang tipu.”
“Emang kalau betul guru tu menipu mau diapain Pak”
“Kita lapor ke Kepala sekolahnya, Ke Dinas Pendidikan, ke polisi ....”
“Hm... segitu kali pak”
“Ya.. trus kita bilang semua ke wartawan. Supaya kedok tu guru terbuka. Biar dibaca semua orang. Biar malu dia”
“Bapak serius?”
“Iya. Saya kenal baik sama Kepala Dinas Pendidikan sini. Saya banyak kenal wartawan. Biar tahu rasa dan kapok Guru tu”
“Bapak ni memang hebat”
“Ya. Demi kemajuan dunia pendidikan. Kita orang tua wali murid harus proaktif”
“Proaktif Pak”
“Ya... Kita harus awasi semua gerak guru – guru ni. Mereka tu dah digaji pemerintah kok, malah masih nyambi cari uang masuk. Pake kedok sumbangan pula tu”
“Bapak pasti nyumbang banyak ya kemarin”
“ Rugila kalau ngasih banyak”
“ Katanya Bapak orang kaya tadi”
“Ya sih. Tapi saya cuman kasih sepuluh ribu”
“ Kan banyak tu Pak”
“ Ha..ha.. ha.. Segitu banyak. Bagi saya mah itu sedikit”
“O... Berarti Bapak banyak uangnya tu?”
“Ya la... Saya ni dah kepala bagian di kantor saya”
“Hebat...”
“Biasa aja kali”
 “Ayo masuk Pak. Bagus enggak kelasnya?
“ Hm.... lumayan?
“Kelas ni dah di cat ulang Pak. Ada orang tua wali murid yang nyumbang dua ember cat”
“O....”
“Lihat Mading tu Pak. Mading tu bagus ngak?
“Bagus. Hiasannya menarik. Eh... ada tulisan anak saya dipajang di mading ini lho?
“Tulisan anak Bapak. Yang mana pak?”
“Ini lho. Artikel ini. Yang judulnya Berkarya dari  sumbangan kita bersama, Dari kita, Oleh kita dan Untuk Kita”
“ O.. Anak Bapak ya yang nulisnya. Hebat”
“Tentu la. Siapa dulu Bapaknya”
“Sini Pak. Ini Pustaka mini. Rak – rak ni dibuat dari papan bekas. Trus dilapisi karton dan kertas kado. Buku – bukunya juga sumbangan dari beberapa siswa”
“Bagus... Anak – anak bisa baca juga dikelas ya”
“Nah.. ini Pak. Ni ada tiga buah sapu, dua buah kain pel, tiga buah kemoceng, dua buah penyiram bunga, satu ember dan tiga buah lap. Benda – benda ni dibeli dari uang sumbangan siswa juga”
“Hm.. Hanya ini saja”
“Tidak Pak. Disebelah kiri itu ada dispenser dan air galon. Cadangan minum buat anak biar mereka tidak kehausan dan dehidrasi saat belajar”
“Hm... Berarti banyak juga yang nyumbang ya”
“ Banyak Pak. Uang yang terkumpul sebanyak Tiga juta dua ratus dua pulu ribu rupiah”
“Apa? Tiga jutaan. Saya yakin, Guru tu dah mengambil sebagian dari uang sumbangan itu. Ini tidak bisa dibiarkan. Kita harus laporkan guru penipu tu”
“Ni lagi pak. Lihat. Di kelas ini sudah dipasang dua buah kipas angin. Supaya  siswa tidak kepanasan lagi saat belajar. Trus juga sudah dipasang gorden jendela. Walaupun tidak bagus tapi jadilah untuk mempercantik kelas ini”
“Saya yakin.... Pasti ada sisanya tuh uang”
“Ya pak. Uang tu bersisa Tujuh Ratus Delapan Puluh Ribu Lima Ratus Rupiah. Uang itu disimpan sama bendahara kelasnya Pak”
“ Ah.. Dimana pula lah Situ tau? Emang Situ guru disini apa?
“Iya pak. Saya guru disini”
“O.. Jadi Bapak... Bapak.... guru disini ya”
“Ya Pak. Saya guru kelas Delapan Empat”
“Ya walaupun begitu. Situ tentu ngak tau pastikan?”
“ Insya Allah. Saya tahu pasti kemana sumbangan itu dibelanjakan Pak”
“ Hm....”
“ Kok Bisa. Bapak ikut nyumbang juga rupanya?”
“Iya pak. Walaupun saya guru disini, saya juga nyumbang, Saya nyumbang tenaga, nyumbang pemikiran dan juga nyumbang uang Pak. Walaupun ngak banyak sih”
“Mang Bapak nyumbang berapa?
“ Ngak usah la dikasih tau. Kita nyumbangkan tidak baik kalo disebut – sebut. Nanti berkurang pula pahalanya”
“Hm... Kayaknya Bapak tahu semua?”
“Ya pak. Kebetulan saya Wali kelas nya. Saya yang membimbing siswa kelas ini pak”
“Jadi....jadi... Bapak?
“Ya. Saya Pak Darma. Wali kelas 8.4”
“Bapak Darma?????........”